Cara Kuliah di Luar Negeri dengan Beasiswa

 

Apakah saat ini Anda berpikir ingin kuliah ke luar negeri?
Di masa pandemic apakah mungkin? bagaimana cara kuliah di luar negeri dengan beasiswa?

Segala mungkin itu belum terjadi, maka teruslah berjuang
untuk memungkinan itu. Karena setiap kemungkinan yang terjadi hanya Dia yang
tahu.

Termasuk jika saat ini Anda bercita-cita untuk bisa kuliah
di luar negeri. Kondisi pandemic memang membuat gerak kita menjadi terbatas, tapi
jangan batasi impianmu. Rajinlah mencari informasi mengenai cara kuliah di luar
negeri dengan beasiswa. Dengan begitu Anda pun sudah maju selangkah dari
keadaanmu sekarang.

Bisa kuliah di luar negeri memang luar biasa dan termasuk
kesempatan yang langka. Karena banyak juga yang hanya ingin tapi masih ragu dan
takut jika tidak bisa bertahan di sana.

Ada beberapa tips agar Anda semakin yakin dan bersemangat
mewujudkan cita-cita dan berusaha mencari cara kuliah di luar negeri dengan beasiswa. Simak penjelasannya
berikut ini.

 

 

Cara Kuliah di Luar Negeri dengan Beasiswa

  1. Ketahui Big Why Anda

Setiap menginginkan sesuatu saya
pribadi lebih suka menanyakan dulu pada diri sendiri, apakah saya yakin
benar-benar menginginkannya? Untuk apa? Mengapa? Hingga saya menemukan jawaban
yang tak terbantahkan dan sekaligus menggetarkan hati.

Karena dalam setiap perjalanan
dari usaha kita pastinya tidak selalu berjalan mulus. Namanya hidup pasti akan
selalu ada cobaannya. Dan jangan sampai Anda merasa bosan dan berhenti di
tengah jalan.

  1. Mencari Informasi
    Tentang Beasiswa

Setelah mengetahui big why Anda,
langkah selanjutnya adalah cari informasi sebanyak-banyaknya mengenai program
beasiswa yang berpeluang untuk Anda dapatkan.

Masing-masing penyedia beasiswa
memiliki target dan sasaran penerima beasiswa yang berbeda. Jadi Anda pun harus
menyesuaikan dengan kondisi diri sendiri.

Selalu catat informasi yang
sesuai dengan kriteria diri Anda agar tidak lupa. Saya sarankan juga selalu
pantau website resmi dari penyedia beasiswa untuk selalu mendapatkan informasi
terupdate. Seperti penyedia beasiswa LPDP yang memiliki program berbeda ditiap
tahunnya. Jadi Anda harus teliti dalam mencari informasi.

  1. Buat Daftar Target
    Beasiswa

Beberapa penyedia beasiswa akan
dirasa sesuai dengan kondisi Anda. Oleh karena itu, buat daftarnya dan cari
tahu visi misinya. Dari target penyedia beasiswa tersebut Anda bisa
menyesuaikan calon penerima beasiswa yang seperti apa yang diinginkan dan itu
membuat Anda akan lebih mudah dalam mengikuti proses seleksinya.

  1. Pilih Negara Tujuan

Jangan lupa
untuk menentukan negara tujuan untuk kuliah di luar negeri. Hal ini terkait
dengan kemampuan bahasa yang Anda kuasai. Meski penyedia beasiswa kebanyakan
mewajibkan adanya TOEIC, tapi beberapa negara juga tidak mempermasalahkan soal
bahasa karena mereka akan membuka pelatihan atau kursus bahasa sebelum masa
perkuliahan dimulai.

Memilih negara
tujuan ini juga bisa Anda lakukan untuk sekalian memilih universitas mana yang
ingin Anda tuju. Apakah universitas tersebut menyediakan jurusan yang Anda
minati? Dan pertanyaan lainnya berkaitan dengan pilihan negara, kampus, dan jurusan.

Saya
menyarankan untuk memilih negara dengan tingkat pelamar sedikit karena itu akan
mengurangi persaingan dalam mendapatkan beasiswa. Seperti saat memilih negara
Eropa, Anda bisa lebih memilih negara-negara yang tidak banyak peminatnya. Hal
ini juga berkaitan dengan jumlah biaya hidup yang akan Anda keluarkan saat
tinggal di sana.

  1. Membuat Motivation
    Letter

Motivation
Letter adalah salah satu persyaratan yang selalu dibutuhkan dalam aplikasi
beasiswa.

Sebisa mungkin
hindari kata-kata mainstream seperti “Saya ingin mempelajari budaya baru”,
“Saya sangat tertarik untuk belajar Bahasa Jerman” dan lain sebagainya.

Sebaliknya
kamu bisa menceritakan beberapa fakta seperti misalnya kamu jatuh cinta dengan
film-film Perancis atau kamu pernah memiliki teman SMA dari Polandia yang ikut
pertukaran pelajar dan beberapa fakta-fakta pendukung lain yang membuktikan
bahwa kamu memang punya keinginan dan dasar yang kuat untuk melanjutkan kuliah
di negara tersebut.

  1. Masukkan Lamaran Lebih
    Awal

Inilah manfaatnya selalu memantau
website resmi dari penyedia beasiswa. Tujuannya agar Anda bisa lebih
mempersiapkan diri di awal, seperti menyiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan
untuk diunggah.

Memang tidak ada jaminan jika
Anda upload dokumen lebih awal akan diterima. Namun setidaknya dengan
memasukkan lamaran lebih awal maka penyedia beasiswa yang menerimanya bisa
lebih teliti dalam menyeleksi lamaran Anda.

  1. Berdoa dan Minta Restu
    Orang Tua

Sebagai
masyarakat Indonesia dan beragama Islam, maka ijin dan restu dari orang tua
merupakan senjata yang cukup ampuh setiap kita mau melakukan sesuatu. Karena
berkat doa dari orang tua juga yang membuat Allah ridho kepada kita.

Selain itu, kita
pun harus berdoa agar dimampukan dalam melewati semua tahapan seleksinya dan diberikan
hasil yang terbaik.

 

Cerita Inspiratif Orang Bodoh Kuliah di Luar Negeri

Cerita bagaimana cara kuliah di luar negeri dengan beasiswa ini saya ambil dari salah
satu web yang Bernama berkuliah.com. Saya tidak akan mengedit ceritanya agar
Anda bisa mendapatkan cerita yang utuh dari seorang pejuang beasiswa yang Bernama
Budi Waluyo. Dia mengaku bahwa dulu pas SMA kemampuan Bahasa Inggrisnya nol
besar, tetapi dia bisa mendapatkan beasiswa Fulbright. Simak ceritanya di bawah
ini :

Kontributor :

Budi Waluyo

Penerima beasiswa S2 IFP Ford
Foundation, USA & S3 Fulbright,

Alumni Unib, Univ. of
Manchester, UK, & Mahasiswa PhD di Lehigh University,USA

Penulis buku The Mancunian Way
& Untukmu Scholarship Hunters

 

Kuliah di luar negeri itu bukan jaminan
kalau hidup kita bakal berubah 100%, atau kita bakal menjadi manusia super
jenius, hebat, keren, dan lain sebagainya. Eventually, kuliah di luar ataupun
di dalam negeri, kualitas diri kitalah yang menentukan prestasi &
kontribusi seperti apa yang bisa diraih atau doberikan.

Kita tidak perlu punya otak
pintar untuk bisa meraih sesuatu, tapi kita perlu ketekunan dan fokus kerja di
hal-hal yang menjadi prioritas impian kita. Ingat, tetesan air yang lembut bisa
melobangi sebuah batu yang keras bila tetesannya jatuh terus menerus diatas
batu itu.

Rasanya, otak kita tidak sekeras
batu hingga tak bisa ditembus ilmu, bukan? So, pasti bisa belajar saja, cuma
ada proses yang harus dilalui, butuh wktu.

Fokus ke satu hal. Bangun
karakter diri orang menggapai hal yang diimpikan itu. Dapat atau tidak nanti,
kita sudah menggapai melalui kualitas diri. Jadi, sekarang bangunlah kualitas
diri seperti yang diinginkan, F.O.K.U.S. Pilah apa yg dibaca/dilihat &
didengar, perhatikan kualitasnya.

Saya dulu benci dan bodoh dalam
bahasa Inggris. Otak pas-pasan. Badan kecil. Tampang biasa. Berasal dari
keluarga yang kebanyakan putus sekolah. Tapi, dari kecil saya fokus ke satu 1
hal: Saya harus sekolah setinggi-tingginya. Saya simpan tujuan itu dalam hati.
Semua aktivitas arahnya kesana.

Alhamdulillah, saya dulu bisa
kuliah S2 di Inggris dan sekarang S3 di Amerika, semuanya dengan beasiswa, dari
Ford Foundation dan Fullbright. Padahal, dulu saya merasa sangat bodoh dan
membenci bahasa Inggris, mau tahu ceritanya?

Saya mulai belajar bahasa inggris
ketika masuk kelas 1 SMP. Di pelajaran lain, saya bisa mendapatkan nilai yang
tinggi, tetapi tidak untuk bahasa Inggris. Entahlah, otak saya seperti berhenti
bekerja ketika berhadapan dengan pelajaran bahasa Inggris. Nilai bahasa Inggris
saya selalu mengecewakan walaupun saya tetap masuk rangking 10 besar.

Pernah waktu kelas 2 SMP, saya
punya seorang guru bahasa Inggris yang ‘killer’. Setiap kali masuk kelas, si
guru akan memberikan latihan soal di papan tulis. Siapa yang mau nilai, harus
maju mengerjakan soal itu.

 

Saat itu saya bingung, nggak maju
nggak dapat nilai, tapi kalau maju, nggak tahu mau apa jawabannya. Akhirnya,
saya menggunakan cara yang sedikit licik:

Saat guru sedang menuliskan soal
di papan tulis, saya dekati teman yang sedang mengerjakan soal di buku
tulisnya. Saya lihat, kemudian saya maju sebelum si teman maju. Dengan begitu
saya dapat nilai. Jangan ditiru ya. Hehe.

Masuk SMA, saya semakain membenci
bahasa inggris dan semakin bodoh. Guru saya waktu kelas 1 SMA adalah orang
Jawa. Kami ribut, dia diam saja. Kami keluar masuk, dia cuek. Setiap kali
pelajaran bahasa Inggris, saya pindah duduk ke belakang dan menegakkan buku.

Tahu apa yang saya lakukan? Bukan
tidur, melainkan bermain catur. Bahkan, kami sekelas membuat sebuah liga catur
yang dimainkan setiap pelajaran bahasa Inggris.

Ketika naik kelas 2 SMA, ketemu
dengan guru itu lagi. Semakin berlanjut main caturnya. Catur kecil yang magnet
itu. Saat naik kelas 3, saya dan sesama teman main catur bingung: Kalau tidak
paham bahasa Inggris tidak akan bisa lulus Ujian Nasional.

Setiap kata yang dijelaskannya
saya dengar dan saya catat. Di rumah saya buka kembali buku catatan saya.
Sekitar 3 bulanan les, di kelas saya ada ujian bulanan.

Di kelas saya ada satu orang yang
dianggap paling pintar bahasa Inggris. Saya iri padanya karena banyak
cewek-cewek minta tolong padanya. Pasti di kelas kalian ada orang yang seperti
ini. Sakitnya tuh disini, hehe!

Nah, pada saat mengikuti ulangan
bulanan itulah perubahan terjadi dalam diri saya. Ketika guru membagikan soal,
saya mengerjakannya cepat sekali, hingga saya bingung apakah itu karena saya
yang memang bodoh atau soalnya yang terlalu mudah.

Beberapa hari kemudian, sang guru
membagikan hasil ulangan itu. Tahu apa yang terjadi?

Saya terkejut, kemudian tersenyum
melihat nilai saya. Baru belajar 3 bulan sudah bisa dapat 10, gimana kalau saya
belajar bertahun-tahun. Berarti bahasa Inggris ini mudah. Sejak itulah, saya
memutuskan untuk kuliah mengambil jurusan S1 bahasa Inggris di Unib.

Namun, sayangnya semua kebencian
saya pada bahasa Inggris harus dibayar mahal saat saya mulai menyukainya.
Ketika lulus SMA & mengikuti tes seleksi PT, saya harus mengerjakan soal
IPS karena bahasa Inggris di dalam bidang IPS, padahal saya jurusan IPA.

Alhamdulillah, setelah belajar 2
minggu tanpa keluar rumah selain ke Masjid, saya berhasil lulus di jurusan
pendidikan bahasa Inggris Unib. Waktu itu, saya satu-satunya dari SMA saya yang
lulus. Sempat juga dibilang gila oleh teman-teman karena tidak pernah ke luar
rumah 2 minggu itu.

Saat mengikuti Ospek, saya tidak
mengerti sama sekali penjelasan dosen-dosen yang menggunakan bahasa Inggris.

Gimana bisa mengerti, jam bahasa
Inggris malah main catur. Mungkin saya bisa dapat nilai tinggi itu karena daya
ingat saya cukup bagus. Di dalam ruangan kelas itu (Ospek), saya melongok saja,
dosen lancar menjelaskan pakai bahasa Inggris.

Saya pikir semua teman juga
mengalami hal yang sama, tidak mengerti apa yang dibicarakan dosen. Jadi, saya
nyantai aja.. ternyata tidak.

Mereka bertanya dengan
menggunakan bahasa Inggris. Saya aja nggak ngerti apa yang dibicarakan, mereka
sudah bisa ngomong. Saat itu saya langsung tersadar kalau saya sudah
ketinggalan jauh dan harus melakukan percepatan.

Bayangan bakal menjadi mahasiswa
abadi pun langsung muncul di kepala. Nggak bisa bahasa Inggris, kuliah jurusan
bahasa Inggris, gimana tuh?

Walaupun sebenarnya kita kuliah
di jurusan tertentu karena ingin belajar tentang itu. Kalau sudah pintar, buat
apa kuliah di bidang itu, benar nggak? Hehe cari alasan.

So, mau nggak mau saya harus
melakukan percepatan. Cara biasa tidak bisa mengejar ketertinggalan saya.
Logikanya, kalau teman saya satu langkah, kemudian saya juga satu langkah
dengan posisi di belakang mereka, saya akan selalu tertinggal.

Saya harus mencari cara bagaimana
agar bisa satu langkah teman, tiga langkah saya. Percepatan!

But how? Tetapi bagaimana?

Nah, saat itu saya menemukan satu
teori dari Aa’ Gym. Namanya teori kupu-kupu. Teori inilah yang mengantarkan
perubahan besar dalam hidup saya. Teori yang menurut saya berpengaruh sekali
dalam kesuksesan saya memenangkan beasiswa.

So, kalau kalian benci dan bodoh
di pelajaran Bahasa Inggris, ingatlah cerita saya ini, berarti kalian sedang
disiapkan untuk ke luar negeri. Kalau kalian sudah pintar Bahasa Inggris, masa
kalah dengan saya yang dulu benci dan bodoh di bahasa Inggris, bisa ke Inggris
& Amerika dengan beasiswa.

Dimanapun posisi kamu, suka
ataupun benci, bodoh ataupun pintar, keep moving forward, stay focused on
your goal.

 

Semoga informasi bagaimana cara
kuliah di luar negeri dengan beasiswa di atas bisa membantumu dan cerita
inspiratif dari Mas Budi Waluyo bisa menambah semangatmu. Salam Pejuang
Beasiswa!

Cara Kuliah di Luar Negeri dengan Beasiswa Meski Tidak Pintar