Cara Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Remaja

Usia
anak memasuki 12 tahun artinya anak mulai menjadi remaja dimana dunia
pertemanannya pun semakin banyak dan luas. Penting untuk membekali anak dengan
confidence
building
pada saat anak memasuki usia remaja karena usia remaja merupakan
masa dimana anak mulai mengenal dunia.

Tentunya
cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak remaja berbeda dengan anak usia 5
tahun atau balita. Anda bisa membaca artikelnya di sini. Pada usia balita ranah pergaulan anak masih sempit dimana
faktor keluarga masih dominan. Meski punya teman di luar rumah tapi tidak
begitu banyak.

Nah,
kalau usia remaja anak sudah mulai sekolah paling tidak sudah usia SMP.
Jangkauan pertemanannya lebih luas, lingkungan yang lebih kompleks, dan
kegiatan yang lebih banyak.

 

Cara
Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Pada Anak Remaja

1.
Hormati dan hargai

Pola
asuh anak jaman sekarang sudah tidak sesuai jika Anda menerapkan larangan
kepada anak tanpa disertai penjelasan. Apalagi memberikan kekerasan, baik
verbal maupun tindakan yang justru membuat anak menjadi pemberontak.

Rasa
ingin tahu yang lebih besar pada anak membuatnya selalu ingin mencoba hal-hal
baru, terlebih hal yang dilarang. Jika Anda sebagai orang tua atau pendidik
tidak bisa berkomunikasi dengan baik pada anak maka akan berdampak negatif pada
pertumbuhan kepribadian anak.

Persoalan
dihormati dan dihargai sangat dibutuhkan oleh anak usia remaja. Dimana dia
mulai timbul rasa harga diri di depan teman-temannya atau lingkungannya.

Jadi
Anda tidak bisa membentak atau memarahi anak di depan umum. Atau membicarakan
keburukan anak pada orang lain. Hal ini sangat tidak mendukung kepercayaan diri
anak karena membuatnya semakin down.

Hal
yang terjadi ternyata tanpa disadari saya alami dulu saat berusia remaja. Orang
tua atau wali saya masih suka melarang saya bermain di depan teman-teman saya,
alhasil saya dijuluki teman-teman saya kuper dan banyak yang menganggap
orangtua saya galak sehingga enggan bermain dengan saya. Hal ini membuat saya
merasa minder dan gak percaya diri lagi untuk bisa bermain keluar rumah.

Saya
sadar yang saya butuhkan waktu itu adalah dukungan dari orangtua sebagai orang
terdekat saya untuk bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolah dan
teman-teman bermain saya. Namun saya tidak mendapatkannya. Hal ini sedikit
banyak berdampak pada diri saya ketika mengambil keputusan-keputusan dalam
hidup saat beranjak dewasa. Doktrin yang awalnya berupa larangan tak jelas dari
orangtua membuat saya ragu akan kemampuan diri saya. Misalnya saat belajar
mengendarai kendaraan, dari dulu saya sudah diragukan oleh orang tua saya
apakah saya berani. Dan kata-kata itu ternyata yang berhasil menumpulkan
keberanian saya hingga saat ini sehngga saya tidak bisa mengendarai kendaraan.
Dan masih mengandalkan public transportation.

Oleh
karena itu, alih-alih melarang anak atau memarahinya di depan teman-temannya.
Lebih baik Anda ajak diskusi mereka. Jika itu mengenai hal benar atau salah
maka bisa dikomunikasikan lebih baik sehingga anak akan tetap merasa percaya
diri karena harga dirinya terjaga.

2.
Jangan mendoktrin anak

Nah,
ini seperti ilustrasi yang saya jelaskan tentang belajar mengendarai kendaraan
tadi. Meski dulunya waktu kecil belajar bersepeda saya diajarin tetapi beranjak
remaja mereka meragukan diri saya apakah berani untuk mengendarai kendaraan.

Dalam
pikiran saya kendaraan artinya lebih besar secara resiko daripada sepeda. Meski
kenyataannya iya tetapi yang sering muncul dalam pikiran saya ketika saya
mencobanya adalah apa saya berani seperti yang diragukan oleh mereka. Ah saya
pun kok jadi ikut ragu ya. Dan akhirnya tidak pernah belajar dan tidak bisa.

Meragukan
kemampuan anak merupakan doktrin negatif tentang kegagalan yang akan dialami
anak. Anak sudah membayangkan dulu kegagalan itu merupakan hal yang fatal
sehingga takut untuk mencobanya.

Lebih
baik tanamkan pada diri anak untuk tidak takut gagal dalam mencoba hal-hal baru
yang dia yakini. Kegagalan bukan lah momok yang harus ditakuti, melainkan
kegagalan harus dihadapi. Setiap orang pernah gagal dan its okay. Justru
kegagalan membuatmu belajar menjadi lebih baik.

3.
Beri kebebasan yang bertanggung jawab

Hal
ini seperti membebaskan anak tetapi pada saat yang sama juga mengikatnya. Namun
dengan cara lebih baik. Penting untuk memberikan tanggung jawab kepada anak
sebagai cara menumbuhkan rasa percaya diri pada anak remaja.

Karena
tingkat pergaulannya juga semakin luas maka anak pun membutuhkan ruang gerak
yang lebih luas. Perlu bagi anak mendapatkan kesempatan itu. Hal ini adalah
pengalaman pertama baginya.

Posisikan
diri lebih banyak sebagai teman bagi anak ketika anak memasuki usia remaja.
Karena kita perlu tahu dunia seperti apa yang sedang dihadapi anak. Tentunya
fase remaja anak akan berbeda dengan remaja pada jaman kita dulu.

Dengan
menjadi teman baginya maka anak akan lebih leluasa bercerita dan terbuka kepada
Anda. Biarkan dia bercerita tanpa harus merasa takut kita judge. Semakin
dia bisa jujur kepada kita itu semakin baik artinya anak percaya pada kita.

Sambil
dia menceritakan apa yang dia temui dan apa yang dia rasakan kita bisa sedikit
demi sedikit memberikan gambaran tentang kondisi yang sedang dihadapi anak.
Tanamkan pada dirinya sikap untuk bertanggung jawab terhadap apa yang jadi
keputusan dan tindakannya.

Misalkan
anak bercerita bahwa temannya bisa dapat ranking bagus karena mencontek. Maka
jangan begitu saja salahkan anak yang tidak mendapat ranking bagus. Beri
gambaran pada anak tentang konsekuensi dari mencontek itu dan yakin kan dirinya
bahwa kejujuran itu tidak ternilai harganya. Dengan begitu anak akan belajar
mengenai setiap konsekuensi dari tindakan yang dia ambil sehingga anak memiliki
rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

4.
Menolong orang atau mementingkan diri sendiri

Seringkali
anak bingung menentukan sikap jika dihadapkan dengan pilihan dua hal itu.
Bagaimana jika suatu kondisi membuatnya dilema antara menolong orang lain atau
mementingkan diri sendiri.

Jika
berdasarkan etika yang diajarkan memang menolong orang lain. Namun ternyata hal
ini tidak bisa diterapkan pada semua hal. Jadi jangan menggeneralisasikannya.

Kita
harus melihat dulu kasusnya seperti apa. Jika ini berkaitan dengan kesehatan
mental anak maka mementingkan diri sendiri itu bukan lah suatu yang berdosa
karena itu merupakan bentuk self love. Justru mencintai diri sendiri
dulu akan lebih baik hasilnya ketika nantinya si anak bisa menyebarkan cinta
dengan membantu orang lain. Dibandingkan dengan anak merasa terpaksa menolong
orang lain karena merasa itu adalah kewajiban, padahal dirinya sendiri sedang
kalut dan bermasalah.

Dengan
begitu anak pun akan semakin percaya diri untuk menentukan bagaimana tindakan
mereka selanjutnya.

5.
Tidak memaksakan kehendak pada anak

Sudah
tidak jamannya lagi jika Anda menganut pola asuh konvensional dengan memaksakan
kehendak anda pada anak. Jika dahulu menyuruh anak menjadi orang seperti yang
diinginkan orangtuanya, maka kini pola asuh yang demikian sudah tidak relevan
lagi.

Memaksakan
kehendak pada anak hanya akan mengkerdilkan kepercayaan diri anak. Anak jadi
ragu atas kemampuannya. Dan anak pun tidak akan merasa bahagia, karena ukuran
hidupnya ditentukan oleh orang tuanya.

 

Itulah
beberapa tips yang bisa kita pelajari tentang bagaimana cara menumbuhkan rasa
percaya diri pada anak remaja. Sebagai orang kita harus pandai memposisikan
diri,kapan sebagai orangtua dan teman bagi anak.