Cerita Islami Tentang Istiqomah Para Sahabat Nabi

 

Berikut ini cerita Islami
tentang istiqomah yang bisa menguatkan hatimu untuk selalu berada di jalan
ridho-Nya. Karena menjadi apapun kita tak ada artinya jika Allah tak meridhoi
langkah kita.

Dari kisah Abdullah bin
Ummi Maktum dan Ammar bin Yasir ini semoga bisa memberikan kita pelajaran
berharga tentang keutamaan istiqomah.

Di jaman sekarang ini
banyak tantangannya jika ingin istiqomah. Setelah berhijrah kuatkan hati untuk
tidak kembali ke jalan sebelumnya, itulah istiqomah. Namun hal itu tak semudah
yang dibayangkan. Pasti akan selalu ada tantangannya. Dari tantangan itulah
ujian kita untuk terus naik level ke tempat yang lebih baik.

 

Cerita Islami
Tentang Istiqomah : 
Abdullah bin Ummi Maktum

Istiqomah merupakan keadaan atau upaya seseorang
untuk teguh mengikuti jalan lurus agama Islam yang telah ditunjuk Allah SWT. Secara
harfiah istiqomah adalah lurus, teguh dan tetap. Kisah mengenai istiqomah dalam
beribadah datang dari seorang sahabat Nabi Muhammad SAW yang buta, ia bernama
Abdullah bin Ummi Maktum.

Dilansir
dari buku Pemuda yang Dicintai Langit + 19 Kisah Penuh Hikmah Sahabat Rasullah
karya Dwi Rahayu, dikisahkan tentang sabahat Rasul bernama Abdullah Bin Ummi
Maktum yang berasal dari suku Quraisy dan lahir di Mekkah. Sejak lahir Abdullah
sudah tidak bisa melihat atau buta. Meskipun tidak bisa melihat, ia selalu
bersemangat menjalani dan mengisi hari-harinya mempelajari tentang Islam.

Pada
masa itu, kaum muslim menghadapi penindasan dari kaum Quraisy. Mereka
dikucilkan, ditakut-takuti, diancam dan berbagai siksaan lainnya. Hal ini juga
menimpa Abdullah, namun semangatnya tidak pudar dan malah semakin menambah
keteguhan dan kekokohan imannya.

Suatu
hari Abdullah menghampiri Rasulullah dan hendak meminta izin kepada Rasulullah
untuk tidak salat ke masjid karena tidak ada yang menuntunnya menuju Masjid.
Mendengar alasan itu Rasul bertanya “Apakah engkau mendengar azan?”.

Abdullah
lantas menjawab,“Tentu baginda,” Rasul pun menjawab, “Kalau begitu tidak ada keringanan
untukmu,” kata Rasul.

Sebagai
hamba yang istiqomah dalam menjalankan perintah Allah SWT, setiap azan
berkumandang, Abdullah yang buta berjalan meraba-raba menyambut panggilan-Nya,
tak terkecuali dalam subuh yang gelap. Hingga suatu hari, Abdullah tersandung
sebuah batu hingga tersungkur, darah pun mengalir di wajahnya. Namun Abdullah
kembali bangkit, sambil mengusap darah yang membasahi wajahnya, ia pun
melanjutkan perjalanan ke masjid.

Sejak
saat itu, ada seorang laki-laki yang dengan ramah selalu menjemput dan menuntun
Abdullah pulang pergi ke masjid, setiap waktu salat tiba. Hal ini ternyata
tidak hanya sekali dilakukan lelaki asing itu. Setiap hari ia selalu menuntun
Abdullah ke masjid dan kemudian mengantarkannya kembali ke rumah.

Hingga
suatu hari Abdullah menanyakan nama dan asal lelaki itu, lelaki itu menjawab,
“Tak perlu kau tahu namaku dan jangan mendoakanku, karena sesungguhnya aku ini
Iblis”.

Sontak
Abdullah kaget, “Bagaimana mungkin kau selalu mengantarku masjid sedangkan
pekerjaanmu adalah menghalangi orang beribadah kepada Allah?” tanya Abdullah.

Iblis
menjawab, “Ingatkah saat kau berjalan untuk salat subuh ke masjid, lalu kau
tersandung dan terjatuh sehingga wajahmu terluka parah? Saat itu aku mendengar
para Malaikat berkata bahwa Allah mengampuni setengah dosamu. Aku khawatir jika
kau tersandung lagi, maka setengah dosamu yang lain akan diampuni Allah juga.
Maka aku terpaksa mengantarmu ke masjid.”

Istiqomah
menjadi hal yang penting bagi seorang muslim, karena amalan yang dilakukan secara
berkelanjutan akan menjadi ladang pahala dan menjadi perantara dalam
mendekatkan diri kepada Allah.

 

Cerita Islami
Tentang Istiqomah : Ammar bin Yasir yang Berbuah Surga

Ammar bin Yasir atau dikenal juga sebagai Abul Yaqzan merupakan golongan pertama
yang memeluk agama Islam. Ia adalah sahabat nabi yang setia dan
dicintai Nabi Muhammad SAW berkat pengabdian dan dedikasinya dalam
memperjuangkan agama Islam.

Ammar terlahir dari orang
tua kalangan budak, Yasir bin Amir dan Sumayyah binti Khayath. Keluarga Ammar
telah memeluk Islam lebih dulu sebagaimana orang-orang yang mendapat hidayah
dari Allah.

Tak heran, keputusan memeluk Islam membuat mereka mendapat berbagai siksaan dan
kesulitan dari kaum Quraisy di bawah pimpinan Abu Jahal saat itu.

“Jikalau orang beriman itu berasal dari kelompok yang lemah dan miskin
atau budak-budak Mekah, mereka mencambuk dan menimpakan api yang membara
terhadapnya. Keluarga Yasir adalah kelompok ini,” tulis Khalid Muhammad
Khalid dalam buku Biografi 60 Sahabat Rasullah SAW tentang Ammar bin Yasir,
Laki-Laki Penghuni Surga.

Yasir, Sumayyah, dan Ammar setiap hari tak luput dari siksaan keji dan
mengerikan. Namun hal tersebut tak melunturkan keimanan dan keyakinannya
sebagai kaum Mukminin.

Mengetahui Yasir disiksa, Rasulullah tak tinggal diam meski saat itu Rasulullah
belum memiliki kekuatan besar untuk melawan gangguan dari kelompok Abu Jahal.

Pengorbanan luar biasa dari keluarga Ammar mencerminkan keteguhan sejati pada
agama yang ditegakkan.

Sumayyah, Yasir, dan Ammar adalah bagian dari kelompok yang dipilih oleh takdir
Islam untuk membentuk kekukuhan berupa pengorbanan, keteguhan, serta kesabaran
bagi kaum Mukminin berikutnya.

Sampai pada suatu hari Rasulullah
menjenguk Ammar dan memanggil beliau, “Wahai Rasulullah, siksa ini sungguh
berat bagi kami.”

Rasulullah menjawab, “Bersabarlah wahai Abul Yaqzhan. Bersabarlah wahai
keluarga Yasir karena tempat yang dijanjikan untuk kalian adalah surga!”

Banyak hadis yang menggambarkan teror pedih yang menimpa Ammar lantaran dipaksa
menjadi kafir. Tetapi segala teror itu sama sekali tidak melukai jiwa Ammar.
Hanya melukai tubuh dan melemahkan energinya.

Ammar tidak benar-benar merasa dibinasakan, kecuali pada suatu hari ketika para
algojo menjadi semakin beringas.

“Penyiksaan itu mulai dari disetrika dengan api, disalib di atas halaman
berpasir yang panas, hingga ditindih di bawah batu yang membara bahkan
ditenggelamkan di dalam air hingga tidak bisa bernapas pun ia alami,”
tulis Khalid.

Ammar mampu menanggung siksa yang menimpa tubuhnya karena jiwanya tetap kukuh,
berdiri tegak. Namun, sekarang ia merasa bahwa jiwanya telah kalah. Kesedihan
dan ketakutan yang kini menyelimuti perasaannya itu hampir saja membuatnya mati.

Namun Allah menghendaki agar pemandangan yang mengesankan itu mencapai puncak
keagungannya, dan dibisikkan wahyu: “Bangunlah wahai pahlawan. Tidak ada
celaan maupun kesempitan bagimu!”

Ammar kembali tenang. Ia tidak lagi merasakan siksa yang tertumpah kepadanya
sebagai derita. Kini ia tidak lagi menghiraukannya. Jiwanya telah beruntung
begitu juga dengan imannya karena Alquran telah menjamin memberikan ampunan
yang penuh berkah kepadanya.

Begitulah Ammar, Allah telah memberikan hidayah dan nikmat kepadanya dengan
takaran besar. Dalam hidayah dan keyakinan, ia telah mencapai tingkatan yang
membuat Rasulullah membersihkan imannya dan menjadikannya sebagai contoh dan
panutan di antara para sahabat.

Cerita Islami tentang istiqomahnya para sahabat Nabi di atas semoga bisa
menjadi pelajaran dan membuka hati kita selama ini yang masih suka menunda
kebaikan, menunda ketakwaan kita, dan hal-hal lain yang membuat ibadah kita kurang
sempurna.

Jangan lupa untuk selalu
hanya mengharapkan ridho-Nya, bukan ridho sesama manusia.

 Cerita Islami Tentang Istiqomah yang Berbuah Manis

Source :

https://kumparan.com/lentera-ramadhan/kisah-abdullah-bin-ummi-maktum-yang-istiqomah-beribadah-dan-iblis-penjaga-1tLcITmO4WA/full

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20210401115806-284-624864/kisah-ammar-bin-yasir-istiqomah-berbuah-surga.