Kisah Inspiratif Islami untuk Pemuda

 

Kisah inspiratif Islami
untuk pemuda berikut ini saatnya generasi milenial belajar dari pemuda-pemuda
di jaman Rasulullah SAW. Tidak mengurangi inspirasi dari kisah terdahulu bahwa
di jaman para sahabat Nabi pun ada kisah yang patut dijadikan teladan.

Simak kisahnya di sini !

Kisah Inspiratif Islami untuk Pemuda Saleh

Pemuda menjadi elemen penting
dalam sejarah peradaban Islam. Betapa banyak tokoh besar yang mengukir
kebesaran Islam dengan tinta emas ketika muda. Dengan keimanan didada, mereka
berjuang demi agama.

Pada zaman Nabi SAW, Ali bin Abi
Thalib menjadi sosok pemuda tangguh yang kerap mendampingi Rasulullah SAW dari
sebelum hijrah. Kisah fenomenal Ali yang berani mempertaruhkan nyawa untuk
Rasulullah SAW saat perintah hijrah da tang pun kerap diulang dalam buku
sejarah Islam.

Dilansir dari buku Sejarah Hidup Muhammad
karya Muhammad Husain Haikal, rencana Nabi untuk keluar dari Kota Makkah dicium
kaum Quraisy. Seorang pemuda Quraisy dipilih dari setiap kabilah. Tujuannya
agar setiap kabilah memiliki tanggung jawab yang sama terhadap darah Muhammad.
Mereka adalah pemuda pilihan.

Berbadan tegap lengkap dengan
sebilah pedang yang tajam. Pada waktu yang disepakati, mereka pun mengepung
rumah Nabi SAW. Pada malam itu, Nabi berbisik kepada Ali bin Abi Thalib supaya
mengenakan mantel hijau kepunyaan Nabi dari Hadramaut. Ali pun diminta untuk
berbaring ke tempat tidurnya.

Rasulullah berpesan agar Ali
tinggal dahulu di Makkah untuk menyelesaikan barang-barang yang dititipkan
kepada Nabi. Pemuda-pemuda Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi. Mereka
melihat ada sesosok tubuh di tempat tidur itu. Di mata mereka, sosok itu adalah
Nabi SAW. Menjelang larut malam, tanpa sepengetahuan mereka, Muhammad sudah
keluar menuju rumah Abu Bakar ash-Shiddiq. Kedua sahabat itu kemudian keluar
dari jendela pintu belakang. Mereka bertolak ke arah selatan menuju Gua Thur.

Ali yang sudah mendapat bimbingan rohani dan akhlak dari Rasulullah merasa
mantap. Tanpa ragu, dia mengambil risiko mempertaruhkan nyawa untuk sepupunya
itu. Sesudah ancaman pemuda-pemuda pilihan itu pergi, Ali harus menempuh risiko
lainnya. Dia mesti berjalan kaki seorang diri sejauh 477 kilometer menuju
Yastrib (Madinah) untuk menyusul Nabi. Dia harus berjalan pada malam hari
karena siangnya dia bersembunyi.

Dalam perjalanan yang gelap itu,
Ali hanya ditemani gemintang yang bersinar di langit padang pasir. Dia harus
melalui jurang dan mendaki bukit. Satu perjuangan berat sedang dilalui pemuda
pilihan itu. Meski lelah, Ali sadar apa yang dilakukan Nabi jauh lebih berat.

Karena itu, apa pun yang terjadi,
Ali melaksanakan perintah Nabi dengan taat. Ketika sampai di Yastrib, Ali
dipanggil Nabi. Saking lelahnya, Ali tak dapat berjalan. Hingga Nabi sendiri
datang menghampirinya. Melihat kaki Ali yang bengkak, Rasulullah terharu. Dipeluknya
anak muda itu dengan penuh kecintaan.

Pemuda-pemuda ahli ibadah pun
hidup pada zaman Nabi. Dikisahkan, ada 70 pemuda dari kalangan Anshar yang
digelari al-Qurra (para pembaca Alquran). Mereka biasa tinggal di Masjid
Nabawi. Menjelang petang, mereka keluar menuju pinggiran Kota Madinah. Di sana,
mereka belajar bersama dan mendirikan shalat.

Keluarga mereka menyangka jika
mereka masih berada di masjid. Sementara, orang-orang di masjid menyangka
mereka akan pulang menemui keluarga. Menjelang Subuh, mereka pun mencari air
dan mencari kayu bakar. Barang-barang itu mereka sandarkan di dinding kamar
Rasulullah SAW.

Hasil penjualan kayu-kayu itu
dibelikan makanan bagi para penghuni shuffah. Orang-orang fakir yang hijrah ke
Madinah sedangkan mereka tidak memiliki keluarga atau kerabat di Madinah. Para
pemuda di zaman Rasulullah terbiasa untuk beribadah kepada Allah Taala.

Tidak heran, Rasulullah SAW
berwasiat bahwa pemuda menjadi salah satu dari tujuh golongan yang akan
dinaungi Allah SWT di bawah ‘Arsy-Nya. Syaratnya, pemuda tersebut harus tumbuh
dalam ibadah kepada Allah Azza wa Jalla.

Kisah para pemuda saleh juga sudah
terjadi sebelum zaman kenabian Ra su lullah SAW. Pada zaman Kaisar Hadrianus
(117- 138 M), orang-orang Yahudi diminta untuk menyembah dewa-dewa Yunani. Para
pembesar Yahudi pun mengeluarkan ultimatum akan berontak bersama rakyat nya
untuk melawan kekaisaran Romawi. Mereka pun memukul mundur garnisun Romawi di
perbatasan dan berhasil merebut Yerussalem. Selama tiga tahun mereka berhasil
mempertahankan kekuasaannya.

Terakhir, Hadrianus bergerak bersama
pasukannya untuk menumpas pemberontak. Mereka membunuh semua orang Yahudi. Kaum
Yahudi yang masih hidup dijual sebagai budak. Pada zaman itu, muncul tujuh
pemuda yang bersembunyi dari Kaisar Hadrianus. Mereka hendak menyelamatkan
agamanya. Para ulama pun menyimpulkan mereka adalah pemuda yang disebut Ashabul
Kahfi.

Shekh Mohammad Mutawalli Sya’rawi
dalam Untaian Kisah-Kisah Qurani dalam Surah al-Kahfi menjelaskan, kisah
Ashabul Kahfi memiliki mutiara hikmah yang tak lekang hingga akhir zaman. Allah
SWT dapat menjadikan gua yang notabene tempat sempit, seseorang tidak bisa
berlama-lama tinggal di dalamnya, sebagai tempat tidur para pemuda beriman.

Bahkan hingga ratusan tahun. Allah
menginginkan agar manusia menyadari, gua sempit menurut pemikirannya bisa
menjadi lapang berdasarkan kuasa-Nya. Anugerah Tuhan membuat tempat sesempit
itu terasa luas dan lapang, sehingga mereka bisa leluasa di dalamnya.

 

Pemuda
yang Menggetarkan Langit

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada
seorang pemuda kaya, berwajah rupawan, dan terbiasa dengan kenikmatan dunia.
Namanya Mush’ab bin Umair.

Dia keturunan Quraisy yang
dilahirkan pada zaman jahiliyah; di lingkungan penyembah berhala, pecandu khamr (minuman
keras), penggemar pesta dan nyanyian; sekitar empat belas tahun setelah
kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Hidupnya penuh dengan kenikmatan.
Ibunya begitu memanjakannya. Nyaris selama masa remajanya Mush’ab bin Umair tak
pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat dunia.

Rasulullah SAW bahkan bersabda;

Aku tidak pernah melihat
seorang pun di Mekkah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan
paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair
.” (HR.
Hakim).

Namun sungguh, Mush’ab bin Umair
adalah pemuda yang berbeda. Sang Maha Pemberi Nikmat memberi cahaya Islam di
hatinya.

Berulang kali Mush’ab bin Umair
menghadiri majelis Rasulullah SAW secara diam-diam untuk menggali lebih dalam
hidayah yang baru diraihnya itu.

Hingga suatu hari gerak-geriknya
terlihat oleh Utsman bin Thalhah. Kabar Mush’ab bin Umair telah murtad dari
agama nenek moyangnya pun cepat tersebar.

Mengetahui putra kesayangannya tak
lagi sejalan, sang Ibunda kecewa bukan kepalang. Ibunda yang dulu sangat
menyayanginya, kini tega menyiksanya. Warna kulit Mush’ab berubah karena luka
siksaan. Tubuhnya yang dulu berisi mulai terlihat mengurus.

Demi menanggapi keadaan si pemuda,
Ali bin Abi Thalib berkata,

Suatu hari, kami duduk
bersama Rasulullah SAW di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan
mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. Ketika Rasulullah SAW
melihatnya, beliau menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu
(sebelum memeluk Islam)…”
 (HR. Tirmidzi No. 2476).

Tapi Mush’ab bin Umair memiliki
ilmu dan kecerdasan di luar batas. Tak ayal, ia menjadi salah satu sahabat Nabi
Muhammad SAW yang utama. Nabi SAW pun mengutusnya untuk berdakwah di Madinah,
di hadapan penduduk Yatsrib.

Dalam waktu singkat, sebagian
besar penduduk Madinah memeluk Islam karena baiknya cara penyampaian dan
kecerdasan Mush’ab bin Umair dalam beragumentasi, serta jiwanya yang tenang dan
tidak terburu-buru.

Buah dakwah Mush’ab bin Umair
inilah yang menjadi titik awal hijrahnya Nabi SAW dan para sahabat ke Kota
Madinah, yang kemudian dikenal dengan nama Madinah an-Nabawiyah (Kota
Nabi Muhammad SAW).

Mush’ab sendiri awalnya merupakan
pemuda dari Kaum Kafir Quraisy yang belum masuk Islam. Akan tetapi ketika suatu
hari ia mendengar Nabi Muhammad berceramah ia tersentuh hatinya dan ia memilih
untuk masuk Islam.

Naasnya, Ibu Mush’ab menghalangi
dirinya untuk memeluk agama Islam. Bahkan, ia memberikan pilihan pada Mush’ab
untuk tetap mengikuti ajaran nenek moyangnya atau memilih agama yang dibawa
Muhammad. Jika memilih Islam ia harus meninggalkan keluarganya dan kekayaan
yang ada di dalamnya.

Teguh. Mush’ab memilih untuk masuk
Islam. Ia rela meninggalkan gelimang hartanya demi masuk Islam dan bersama
Rasulullah. Akhirnya seketika itu Mush’ab juga pergi menemui Rasulullah dan
selalu mengikuti kajian yang diadakan orang Islam.

Mush’ab pada saat itu tidak
mengenakan pakaian sebagaimana biasanya. Ia berpakaian kusam dan lesuh. Bahkan
dikatakan bahwa kancing bajunya saja menggunakan duri, karena ia tidak memiliki
apa-apa kecuali hidup bersama para sahabatnya demi Islam.

Mush’ab ketika sudah masuk Islam
menjadi pejuang Islam yang amat tangguh. Ia berada di barisan depan ketika
mengikuti perang. Namun pada akhirnya Mush’an terbunuh dalam perang Badar dan
ia mati syahid.

Ketika hendak dikafani, ia
dikafani langsung oleh Rasulullah. Rasulullah mengucurkan air mata ketika
melihat jasad Mush’ab yang berlumuran darah. Rasulullah merasa terharu dengan
keteguhan yang dimiliki oleh Mush’ab, yang berani meninggalkan dunia demi masa
depan Islamnya.

Hikmah yang bisa diambil dari
kisah inspratif Islami untuk pemuda ini adalah keteguhan dalam beragama. Seorang pemuda harusnya seperti
Mush’ab. Ia tidak tergiur dengan godaan apapun jika menyangkut keimanan dan
keislaman. Pemuda demikian yang menjadi dambaan Nabi Muhammad SAW.

 

 

Source :

https://akurat.co/kisah-pemuda-tampan-dan-kaya-yang-membuat-rasulullah-menangis

https://www.republika.co.id/berita/pmuku4313/kisah-para-pemuda-saleh

https://lokadata.id/artikel/remaja-remaja-yang-menggetarkan-langit