Kisah Inspiratif Mengharukan Islami

 

Berikut ini kisah
inspiratif mengharukan Islami yang memberikanmu wawasan dan semangat. Banyak
kisah di luar sana yang sebenarnya menginspirasi dan mengagumkan.

Simak kisahnya di sini !

Kisah bayi yang
tertukar di keluarga Muslim dan Hindu, yang kini menolak dikembalikan

Keduanya dilahirkan
di rumah sakit hanya berselang beberapa menit kemudian secara tak sengaja
tertukar.

Orang tua biologis
keduanya berbeda, yang satu keluarga Muslim, satunya Hindu.

Dalam
perjalanannya, salah satu keluarga membawa kasus ini ke pengadilan dan hasil
DNA membuktikan bahwa anak yang mereka asuh bukan anak biologis mereka.

Persoalannya
adalah, ketika akhirnya dua keluarga bersedia mengembalikan anak yang mereka
besarkan, anak-anak ini menolak diambil oleh orang tua biologis masing-masing.

Salma Parbin sejak
awal sebenarnya sudah merasa bahwa bayi yang ia bawa pulang dari satu rumah
sakit di Assam, India, pada Maret 2015 rasanya bukan anaknya yang sebenarnya.

Salma menyinggung
soal perasaannya ini ke sang suami, Shahabuddin Ahmed.

“Istri saya
mengatakan ini bukan anak kita … ia mengatakan mungkin bayi kami
tertukar,” kata Shahabuddin kepada wartawan BBC Geeta Pandey.

Ia sendiri tak
terlalu percaya tapi istrinya yakin bahwa anak yang dibawa pulang bukan anak yang
dilahirkan di rumah sakit.

“Ketika saya
melihat wajahnya, saya ragu,” kata Salma soal bayi yang ia bawa pulang.

Salma menuturkan bayinya -yang ia beri nama
Jonait- mengingatkan pada seorang ibu yang menjalani persalinan pada hari yang
sama di rumah sakit.

“Wajah Jonait
mirip sekali dengannya. Matanya sama dengan mata perempuan itu,” kata
Salma. “Di keluarga kami tak ada yang punya mata seperti Jonait,”
tambahnya.

Meski awalnya
sempat ragu dengan perasaan sang istri, Shahabuddin membawa masalah ini ke rumah
sakit dan kepada pejabat rumah sakit ia sampaikan bahwa mungkin bayinya
tertukar.

Tapi pejabat ini
mengatakan bahwa istrinya mungkin sakit jiwa dan perlu bantuan psikiater.

Shahabuddin tak
menyerah. Ia lantas mengajukan petisi meminta rumah sakit mengeluarkan rincian
tentang bayi-bayi yang lahir di rumah sakit yang bersamaan dengan waktu
lahirnya Jonait.

Terdapat tujuh bayi
yang lahir di waktu yang hampir bersamaan. Shahabuddin juga mendapatkan
informasi tentang tujuh ibu yang melahirkan, di antaranya bernama Shewali Boro.

“Saya dua kali
datang ke desanya namun terus terang saya tak sampai hati untuk mengetuk pintu
rumahnya,” kata Shahabuddin.

“Akhirnya saya
menulis surat kepadanya. Saya katakan bahwa kami meyakini bayi kami tertukar
dengan bayinya. Saya bertanya apakah ia juga merasakan hal yang sama. Saya
tulis nomor telepon kami di akhir surat dengan harapan ia akan menghubungi
kami,” ungkap Shahabuddin.

Shewali dan
suaminya, Anil, tinggal di desa kesukuan yang berjarak sekitar 30 kilometer
dari rumah Shahabuddin dan Salma.

Berbeda dengan
Shahabuddin dan istrinya yang memeluk Islam, Shewali dan mayoritas warga di
desanya adalah pemeluk Hindu.

Anil mengatakan
selama ini ia dan istrinya tak pernah curiga bayi mereka tertukar sampai mereka
menerima surat dari Shahabuddin. Bagi Anil dan Shewali, bayi yang tertukar
adalah hal yang mustahil terjadi.

Tapi keyakinannya
langsung berubah begitu ia dan istrinya bertemu keluarga Shahabuddin.

“Ketika
pertama kali melihat Jonait, saya menyadari kalau wajahnya mirip dengan suami
saya. Saya sedih dan menangis,” kata Shewali. Penampilan Jonait memang tak
seperti kebanyakan warga Muslim di Assam.

“Mata kami
lebih sipit … ada pengaruh Mongolia dalam penampakan fisik kami,” kata
Shewali.

Salma mengatakan
begitu ia melihat anak Shewali -yang diberi nama Riyan- ia langsung yakin ia
adalah anak kandungnya.

Dalam pertemuan
ini, Salma dan suaminya mengusulkan agar dua anak ini ditukar saja, tapi ibu Shewali
menolak.

Di luar ‘upaya
kekeluargaan’ ini, Shahabuddin melakukan tes DNA pada Agustus 2015 untuk
menambah keyakinan bahwa Riyan adalah anak kandungnya. Jawabannya mengukuhkan
bahwa tidak ada kesamaan genetik antara Salma dan Jonait.

Shahabuddin juga
melaporkan kasus ini ke polisi pada Desember 2015 setelah pihak rumah sakit
mengatakan tak bisa menyelesaikan persoalan bayi yang tertukar ini.

Hemanta Baruah,
pejabat polisi yang menyelidiki kasus ini, kepada BBC mengatakan ia meminta
dokumen di rumah sakit yang terkait dengan kelahiran Jonait dan Riyan.

Ia juga berkunjung
ke rumah Salma dan Shewali untuk membantunya menyelesaikan kasus.

Untuk mendapatkan
bukti ilmiah, Baruah meminta dua keluarga ini melakukan tes darah. Pada November
2016 didapat hasil uji laboratorium yang menyimpulkan bahwa dua bayi ini memang
tertukar.

Baruah menyarankan
Shahabuddin untuk membawa kasus ini ke pengadilan karena hanya hakim yang bisa
memerintahkan penukaran anak.

Shahabuddin
menerima saran ini dan pada 4 Januari lalu hakim memanggil keluarganya dan
keluarga Shewali. Hakim setuju Jonait diserahkan ke pasangan Shewali dan Anil
sementara Riyan dikembalikan ke pasangan Shahabuddin-Salma.

Tapi apa yang
terjadi tidak seperti yang diharapkan kedua pasangan ini.

Baik Jonait maupun
Riyan sama-sama tak mau dipisahkan dari orang tua yang selama ini membesarkan
mereka.

“Pengadilan
mengatakan kalau kami ingin bertukar anak itu bisa dilakukan … tapi kami
akhirnya mengurungkan keinginan itu. Kami telah mengasuh dan membesarkan anak dalam
tiga tahun terakhir. Kami tak bisa melepas anak ini begitu saja,” kata
Salma.

“Juga, Jonait
tak berhenti menangis selama di pengadilan. Ia duduk di pangkuan adik ipar dan
ia tak mau lepas. Jonait memegangnya erat-erat,” kata Salma.

Riyan juga begitu.
Ia menangis dan tangannya memegang leher Shewali.

Suami Shewali, Anil,
mengatakan menukar anak bukan tindakan yang bijak karena bisa melukai kejiwaan
mereka. “Mereka terlalu muda untuk memahami apa yang sebenarnya
terjadi,” kata Anil.

Terlihat jelas
bahwa baik Shahabuddin-Salma maupun Shewali-Anil sebenarnya tak mau melepas
anak yang selama ini mereka besarkan. Jonait dan Riyan juga tak mau dipisahkan
dari orang tua yang selama ini mengasuh mereka.

Ketika ditanya
apakah masalah perbedaan agama bisa menjadi masalah kelak di kemudian hari,
Shahabuddin menjawab, “Anak adalah anugerah dari Tuhan. Ia terlahir tidak
membawa agama. Keluarganyalah yang menentukan apakah ia Islam atau Hindu.”

Ia mengatakan kalau
dipaksakan, baik Jonait maupun Riyan tidak akan bisa beradaptasi dengan orang
tua yang baru, karena kedua keluarga memiliki budaya, bahasa, gaya hidup, dan
makanan yang sama sekali berbeda.

Memang tak gampang
mencari jalan keluar. Meski saat ini kedua keluarga sudah menerima kenyataan
bahwa mereka membesarkan bukan anak kandung mereka, tapi harus diakui ada
ikatan emosional antara ibu dan anak yang dikandung selama sembilan bulan.

Akhirnya
Shahabuddin-Salma dan Shewali-Anil menyerahkan penyelesaikan kasus ini ketika
Jonait dan Riyan beranjak dewasa.

Biar Jonait dan
Riyan sendiri yang memutuskan nantinya, kata keluarga Shahabudin dan keluarga
Shewali.

Meski demikian,
kedua keluarga setuju untuk saling berkunjung dan menjadi semacam anggota
keluarga baru. Harapannya tentu saja adalah ada interaksi antara anak dan orang
tua kandung.

 

 

Source : https://www.bbc.com/indonesia/majalah-42789699