Kisah Inspiratif Tentang Kejujuran

 

Sumber Gambar : youtube.com

“Buah dari
kejujuran adalah kesempurnaan.”

“Sesungguhnya
kebahagiaan itu datang dari kesederhanaan dengan adanya kejujuran dan kesabaran.”

“Taburlah
kejujuran, karena dengan menabur kejujuran akan menuai kepercayaan.”

 

Kisah inspiratif tentang kejujuran memberikan dorongan dan
motivasi kebaikan bagi hidup kita, baik di dunia maupun akhirat. Karena akan
selalu ada tempat untuk orang yang jujur.

Berikut ini beberapa kisah inspiratif tentang kejujuran yang akan memberikan
motivasi untuk selalu memilih berbuat jujur. Godaan untuk memilih jalan pintas
dan terlihat lebih enak memang selalu ada. Namun jangan dengarkan godaan itu,
karena ada keindahan lain yang akan kamu dapatkan ketika kamu memilih untuk
jujur.

Kisah Inspiratif Tentang Kejujuran Seorang Penjual Tisu

Budi adalah seorang anak yang sehari-harinya mencari uang
dengan berjualan tisu eceran di jalan. Dia terpaksa putus sekolah karena tidak
punya biaya untuk melanjutkannya.

Suatu hari dia menemukan sebuah dompet yang terjatuh dari
seseorang yang hendak naik ke mobilnya. Budi ingin mengejarnya dan memberitahu
bahwa dompetnya telah jatuh, tetapi mobil itu terburu-buru pergi.

Budi membuka isi dompet itu dan menemukan banyak uang lembaran
seratus ribu rupiah di dalamnya. Sebenarnya uang itu bisa dia gunakan untuk
membeli apa yang dia inginkan saat itu.

Saat berdiri di depan toko sepatu memandang sepatu impiannya,
salah seorang temannya mencoba membujuk Budi untuk menggunakan uang tersebut. “Pakai
saja uang itu untuk beli sepatu, itu sudah jadi hak kamu kok”, rayu temannya.

Seketika itu juga Budi teringat pesan ibunya yang mengatakan,
“kamu harus jadi anak yang juju rya, Bud. Karena orang yang jujur itu banyak
pahalanya.”

Malam itu Budi tidak bisa tidur, dia gelisah memikirkan uang
dalam dompet yang dia temukan hari itu. Uang itu sungguh menggoda imannya untuk
menggunakannya untuk membeli barang yang dia suka.

Keesokan harinya Budi mampir ke warung kelontong. Dia ingin
membeli snack yang waktu itu seharga tisu yang dia jual, yaitu Rp. 3000. Dia merogoh
kantongnya yang berisi uang ratusan ribu dari dompet yang terjatuh itu.
Seketika itu juga dia teringat kembali kata-kata ibunya, Budi lari sambil mengatakan
kepada penjual warung bahwa dia tidak jadi beli.

Berhari-hari Budi menunggu orang pemilik dompet di depan kafe
tempat dompet itu terjatuh. Budi berharap orang itu akan datang kembali kesana.

Saat menunggu selalu saja temannya menggoda untuk menggunakan
uang tersebut, tetapi Budi selalu menolaknya.

Akhirnya hari  ketiga
dia menunggu, pemilik dompet itupun datang dan Budi bergegas untuk
memberikannya.

Si pemilik dompet melihat isi dompetnya yang masih utuh dan
tidak ada yang kurang dengan jumlah uang tunainya. Dia pun bertanya pada Budi, “terima
kasih, Nak. Siapa namamu?”

Budi menjawab,”Budi, Om.”

Kemudian Budi kembali ke jalan untuk menjual tisu-tisunya. Dia
kembali melewati toko sepatu tempat dimana dia sangat menginginkan sepatu itu.

Tiba-tiba si pemilik dompet tadi sudah berada di belakang
Budi dan membelikan sepatu yang Budi inginkan.

Singkat cerita, pemilik dompet tersebut juga membiayai
sekolah Budi hingga lulus kuliah. Sepuluh tahun kemudian, bocah yang menjual
tisu di jalanan sudah lulus menjadi sarjana berkat kejujurannya yang selalu dia
ingat.

Bagaimana ya jadinya jika Budi lebih tergoda untuk menggunakannya
membeli sepatu sendiri dan tidak mengembalikan dompet tersebut kepada
pemiliknya. Mungkin nasib Budi pun tidak akan berubah, selamanya menjadi
penjaja di jalanan.

 

Kisah Inspiratif Tentang Kejujuran Seorang Tukang Loak

Suatu hari ada tukang loak yang datang ke rumah seorang ibu
rumah tangga untuk membeli kardus-kardus yang sudah tidak terpakai.

Sembari ibu itu mengeluarkan kardus-kardus dari dalam
rumahnya, tukang loak tersebut mengambil timbangan untuk menimbangnya di
tempat.

Tidak disangka ibu itu menaruh batu bata di antara tumpukan
kardus untuk menambah berat dari kardus-kardusnya. Dan benar ketika ditimbang
hasilnya cukup untuk menambah beban. Setelah tawar menawar harga kardus, tukang
loak itu pun harus membayar Rp 50.000,00.

Ibu rumah tangga itu pun senang karena batu bata yang dia
selipkan tak diketahui si tukang loak dan dia mendapatkan uang lebih dari yang
seharusnya.

Kemudian suaminya keluar dari kamar dan bertanya kepada
istrinya dimana kardus-kardus bekas itu. Istrinya pun menjawab bahwa dia sudah
menjualnya ke tukang loak.

Seketika suaminya pun marah karena dia menyelipkan beberapa
uang ratusan ribu rupiah diantara kardus-kardus yang dijual. Istrinya pun kaget
dan panik. Dia dan suaminya berniat untuk mencari tukang loak itu kembali.

Saat keluar dari rumah ternyata tukang loak tersebut sedang
berjalan ke arah rumah mereka. Suami dari ibu rumah tangga itu terlihat panik
dan langsung bertanya pada tukang loak.

Sambil tersenyum tukang loak tersebut mengeluarkan beberapa
lembar uang ratusan ribu rupiah dari kantongnya. Dia berkata bahwa dia
menemukan uang-uang tersebut diantara tumpukan kardus.

Suami istri itu pun terlihat lega dan senang bahwa uangnya
tidak jadi hilang. Namun tukang loak itu pun mengeluarkan batu bata dari kantongnya
dan juga berkata bahwa itu bukan miliknya, dia hanya membeli kardus-kardus dari
ibu tersebut.

Seketika malu lah ibu rumah tangga itu yang sudah berniat
untuk tidak jujur kepada tukang loak. Dia malu karena ternyata tukang loak
lebih jujur daripada perbuatannya.

 

Tukang loak tersebut tidak juga meminta kelebihan uang yang
telah dia bayarkan dari membeli kardus-kardus yang disisipi batu bata. Kisah inspiratif tentang kejujuran tukang loak tersebut mengajarkan kepada kita arti sebuah
nilai yang tinggi dari harga diri seorang tukang loak yang patut menjadi
contoh.

Karena terkadang kita menuntut untuk diperlakukan adil. Namun
hasil dari bersabar dan menahan diri, keadilan yang kita harapkan tentunya akan
lebih indah nantinya.

 

Kisah Inspiratif Tentang Kejujuran Dari Sekilo Mentega

Di sebuah desa tinggalah seorang tukang roti yang sangat terkenal
dengan kelezatan rasa rotinya. Roti-roti yang dibuatnya sangat enak sehingga
selalu habis terjual setia harinya.

Setiap hari pun si tukang roti selalu membeli sekilo mentega
dari seorang peternak. Dan sebaliknya, si peternak juga membeli persediaan roti
dari pria tersebut. Dan akhirnya mereka pun saling berlangganan setia harinya.

Suatu hari setelah membeli satu kilogram, mentega dari si
peternak, si tukang roti merasa ragu akan berat mentega yang dibelinya.
Dikarenakan mentega yang dibeli terlihat kecil.

Dia pun mengambil timbangan lalu menaruh mentega di atasnya.
Betapa terkejutnya si tukang roti karena berat mentega setelah ditimbang tidak
sampai satu kilogram. Dia pun marah kepada peternak dan mengadukannya ke
pengadilan.

Di pengadilan hakim bertanya kepada peternak, “Peternak,
apakah sebelum dijual kamu menimbang dulu mentegamu?”

Si peternak pun menjawab, “Maaf Yang Mulia, peralatan saya
tidak lengkap, saya tidak punya timbangan.”

“Kalau begitu bagaimana kamu bisa yakin bahwa mentega yang
kamu jual beratnya satu kilogram?”, tanya Hakim.

Peternak tersebut menjelaskan, “Saya memang tidak punya
timbangan, tapi setiap hari saya membeli satu kilogram roti dari si tukang
roti. Kemudian dengan menggunakan sebatang kayu, saya menaruh roti itu di satu
sisi, dan mentega di sisi lainnya. Saya terus menambah menteganya sampai
keduanya seimbang. Jadi saya yakin sekali bahwa mentega yang saya jual memang
satu kilogram, Pak.”

Setelah mendengar penjelasan dari si peternak, muka si tukang
roti pun menjadi merah padam. Dia pun mengaku kepada hakim bahwa dialah yang
menimbang roti kurang dari satu kilogram untuk dijual kepada si peternak agar
mendapatkan untung lebih banyak.

Jadi mereka sama-sama mendapatkan hasil yang tidak maksimal.
Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana saja. Biasakan untuk bersikap
jujur dimana pun kita berada.

 

Kisah Inspiratif Tentang Kejujuran Ahmad dan Biji Padi

Seorang direktur sebuah perusahaan bermaksud mundur dan ingin
menyerahkan jabatannya kepada salah seorang staf terbaiknya.

Untuk itu dia memanggil seluruh staf, memberikan
masing-masing sebutir benih padi di tangannya dan berkata, “rawat, pupuk, siram
dengan teratur benih ini dan kembalilah 3 bulan dari sekarang dengan membawa
tanaman yang tumbuh dari benih ini.”

Dia melanjutkan, “Yang terbaik, akan menjadi penggantiku
sebagai direktur di perusahaan ini.”

Salah seorang staf yang bernama Ahmad juga mendapat benih
tersebut. Dia langsung pulang ke rumah dan merawat dengan penuh disiplin benih
tanaman tersebut. Setiap hari pula dia rajin menyiram dengan air benih dan
memberi benih tersebut pupuk.

Setelah 3 bulan, di kantor semua orang saling membicarakan
kehebatan tanaman mereka yang tumbuh dari benih tersebut. Ternyata hanya benih
tanaman milik Ahmad yang tidak tumbuh sama sekali.

Ahmad merasa gagal. Ahmad sempat berkata pada istrinya bahwa
dia tidak akan membawa pot yang kosong karena bibitnya busuk dan tidak bisa
tumbuh. Namun istrinya mendorong untuk tetap membawa pot kosong tersebut apa
adanya untuk memenuhi janji kepada direktur terhitung 3 bulan yang lalu.

“Bawa saja, Mas. Meski Mas gagal untuk bisa menumbuhkan benih
padi tersebut, paling tidak Mas Ahmad sudah menunjukkan etikad baik sudah
berusaha semaksimal mungkin merawatnya sesuai permintaan direktur.”, kata
istrinya.

“Baiklah”, jawab Ahmad. Meskipun hatinya ciut karena merasa
tidak bisa melaksanakan perintah sang direktur dengan sebaik-baiknya.

Pada saat masuk ruang breefing, hanya Ahmad yang membawa pot
kosong. Seluruh mata memandangnya kasihan.

Ketika direktur masuk ruangan, dia pun memandang keindahan
seluruh tanaman yang katanya hasil dari benih-benih yang diberikan direktur 3
bulan yang lalu itu, hingga akhirnya berhenti di depan Ahmad yang tertunduk
malu.

Sang direktur meminta Ahmad ke depan untuk menceritakan kronologis
proses penanamannya sampai tidak bisa tumbuh.

Ketika Ahmad selesai cerita, direktur berkata dengan penuh antusias.

“Beri tepuk tangan untuk Ahmad, Bapak Direktur kita yang baru
sekarang.”

Direktur pun menceritakan bahwa semua benih yang diberikan
sebelumnya telah dia rebus dengan air panas hingga mati dan tidak mungkin akan
tumbuh lagi.

Jika benih para staf selain Ahmad dapat tumbuh itu artinya
mereka telah menukarnya dan berbohong kepada direktur. Dan ternyata hanya Ahmad
yang jujur.

Jangan pernah takut berbuat jujur, tapi takutlah jika kamu
berbuat tidak jujur. Sosok lain yang tak kalah hebat adalah istri Ahmad. Dia
bisa memberikan dorongan semangat suaminya untuk selalu menjaga integritas.

Jika kamu memilih untuk tidak jujur, cepat atau lambat kamu
pun akan mendapatkan buah pahit dari ketidakjujuran tersebut.

Keempat kisah inspiratif tentang kejujuran tersebut semoga
bisa memberikan semangat kebaikan untuk kamu. Jangan ragu untuk berbuat jujur.