Memaafkan Adalah Kemenangan Terbaik

 

Sumber : hipwee.com

“Memaafkan adalah
kemenangan terbaik” – Ali Bin Abu Tholib.

 

 

“Maaf”.

“Baik, aku memaafkanmu”.

Kata maaf ini mudah diucapkan oleh lisan tetapi belum tentu
oleh hati kita. Apalagi diterima oleh hati yang sudah terlanjur terluka.

Permintaan maaf dan pengampunan adalah sesuatu tindakan yang
sebenarnya membawa pada kedamaian, baik bagi yang meminta maaf maupun yang
memberikan maaf.

Proses meminta maaf dan memberi ampunan bisa saja sangat
mudah kamu lakukan. Tetapi tanyakan lagi pada hati kecilmu apakah kamu bisa benar-benar
memaafkannya.

Seringkali ingatan atas apa yang dia atau mereka lakukan
membuyarkan keindahan penglihatanmu dan mengubahnya menjadi ingatan traumatis
akan luka yang pernah ada.

Lalu apakah kamu sudah memaafkannya dengan tulus?

Jika sudah memaafkan mengapa kamu masih sering membahas luka
itu dengan emosimu yang tertahan?

Dalam artikel kali ini yang membahas tentang memaafkan, saya
mengambil dari referensi channel youtube Greatmind milik Marissa yang berjudul “On
Marissa’s Mind : Memaafkan”. Selain itu, akan saya berikan contoh memaafkan
melalui surat untuk mereka yang telah melukai hati.

Menurut ahli psikologi, pengampunan adalah ketika seseorang
mengambil keputusan secara sadar dan sengaja untuk melepaskan perasaan dendam
atau kebencian terhadap seseorang atau kelompok yang telah menyakitinya,
terlepas dari apakah mereka benar-benar pantas mendapatkan pengampunan atau
tidak.

Pengampunan bisa sangat menyembuhkan karena pengampunan juga
berarti welas asih melepaskan keinginan untuk menghukum seseorang (atau diri
sendiri) atas suatu kesalahan.

Jika saat ini kamu sedang dalam proses memaafkan seseorang,
maka lanjutkan itu. Memaafkan bisa menjadi obat bagi kesehatan mental dan
fisikmu.

Seorang peneliti, Fred Luskin, mengatakan bahwa ketika seseorang
memendam amarah dan kebencian tubuhnya mengeluarkan hormone kortisol dan
adrenalin. Hormon inilah yang memicu stress.

Oleh karena itu, dengan memaafkan maka kamu bisa melepaskan
semua amarah, dendam, dan kebencian yang selama ini telah memborgol dirimu.

Apakah memaafkan sama artinya dengan melupakan apa yang
pernah terjadi?

Seringkali kita merasa lebih mudah untuk memaafkan tetapi
tidak untuk melupakan.

Para ahli psikologi yang telah banyak mempelajari dan
mengajarkan tentang pengampunan menekankan memaafkan bukan berarti
mengabaikan, melupakan, atau bahkan menyangkal keseriusan perlakuan buruk orang
lain terhadap diri kita.
Atau bahkan menganggap kesalahan yang terjadi itu
tidak apa-apa.

Pengampunan juga tidak berarti kita harus berdamai dengan
orang yang telah merugikan kita atau melepaskannya dari pertanggung jawaban hukum
jika ada.

Kita bisa memaafkan dan disaat yang sama pula mengakui bahwa
trauma yang kita alami sangat buruk dan nyata. Memaafkan bukan menghapus masa
lalu yang pahit, tetapi mengingat kembali luka itu dengan bingkai yang baru
yang bisa membawa kita pada kondisi hati yang lebih baik.

Dengan memaafkan kita tidak akan mencoba mengulang kesalahan
yang sama dan membuat orang lain menjadi korban seperti yang kita alami. Karena
kita memilih untuk memaafkan dan menjadi lebih baik dari mereka yang telah
menyakiti kita.

Memang butuh kesadaran penuh untuk bisa mengubah luka
menjadi motivasi yang baik. Kamu pasti bisa. Karena kita sebagai manusia adalah
makhluk yang tidak sempurna. Dalam perjalanan hidup pasti kita juga butuh untuk
dimaafkan.

Meski tidak semua orang bisa meminta maaf karena banyak
alasan, yaitu gengsi, takut dianggap lemah, bisa menurunkan harga diri, dan alasan
lain yang bisa digunakan untuk menyangkal. Bisa juga mereka tidak sadar bahwa
apa yang telah dia lakukan telah menyakitimu.

Dalam kondisi seperti itu pun, kamu tetap bisa memaafkan
orang lain. Karena dalam memaafkan justru kamu lah yang akan mendapatkan
ketenangan dan kedamaian hati. Jadi tidak perlu menunggu dia atau mereka
meminta maaf. Karena memaafkan adalah upaya cinta untuk dirimu sendiri.

Pengampunan yang tulus memberikan energi positif kita untuk
bisa melanjutkan hidup dan menghabiskan sisa hidup ini dengan lebih baik. Ini semua
tentang melepaskan dan move on untuk hidup yang lebih baik lagi.

Ada empat langkah pengampunan menurut psikolog Robert
Enright, yaitu sebagai berikut :

  • Singkap dan pahami amarah dengan menelusuri
    akarnya.

Upaya ini akan membuka kembali luka yang ada dihatimu. Tapi
percayalah bahwa kamu melakukannya untuk bisa menyembuhkan luka bukan
membiarkan luka itu terbuka begitu saja tanpa terobati.

Kamu bisa mencobanya dengan menulis surat pada dia yang
telah menyakitimu. Meski pada akhirnya kamu tidak mengirimkan surat tersebut,
tetapi menulis membantumu untuk menjernihkan pikiranmu.

  • Memaafkan adalah sebuah keputusan.

Kamu bisa memilih untuk memaafkannya kapan saja. Karena
memendam dan mengabaikan amarah tidak membuat hati tenang. Memaafkan justru
membantu maju dari trauma yang berpotensi memborgol pada luka masa lalu.

  • Melihat orang yang menyakiti kita dengan
    kacamata welas asih.

Dengan memahami akar permasalahan mengapa dia menyakitimu
maka membantumu untuk bisa mengampuninya demi melanjutkan hidup yang lebih
tenang.

  • Renungkan bagaimana kamu telah tumbuh.

Lepaskan emosi dan amarah dengan mengingat kembali bagaimana
kamu bisa tumbuh dari trauma masa lalu yang menahanmu selama ini. Kamu bisa
bertahan sejauh ini, maka ini saatnya kamu melepaskannya pergi.

Hidupmu akan jauh lebih tenang dari sekarang jika kamu mampu
melepaskannya. Terbukti dengan membawa beban luka itu pun bertahun-tahun
lamanya kamu tetap bisa bertahan dan tumbuh.

 

Dear, semua di sana yang sudah menyakitiku.

Kejadian itu memang sudah berlalu.

Bahkan yang kalian pertengkarkan pun kini sudah tiada.

Tapi bagiku itu seperti baru kemarin terjadi, dan
beberapa bulan setelah itu ayahku pun meninggal dunia ini.

Ayahku… adalah kakak laki-laki kalian semua.

Maafkan aku yang tidak bisa sempurna mengurusnya.

Maafkan ayahku yang sering menyusahkan kalian semua
selama hidupnya.

Tapi tahukah kalian bahwa hatiku ternyata begitu terpukul
dengan perlakuan kalian.

Sungguh membuatku bingung karena kalian bukan orang lain
bagiku.

Aku mencoba melupakan dan baik-baik saja, berdamai dengan
keadaan.

Ternyata itu hanya bentuk pengabaianku terhadap
perasaanku yang sesungguhnya.

 

Kini, aku tidak ingin mengabaikannya karena hanya
menambah kebencianku pada kalian.

Aku maafkan semua yang telah kalian lakukan saat
menyakitiku, baik sengaja atau tidak sengaja.

Aku maafkan semua prasangka yang ada pada diri kalian
saat itu.

Aku juga maafkan setiap tindakan yang melukaiku bahkan
setelah kejadian itu.

 

Aku tahu kalian melakukannya karena ada alasan
dibaliknya.

Aku tak bisa sebutkan apa itu, tapi aku coba memahaminya.

Tinggallah aku di sini tanpa ayah dan ibu.

Aku hanya tidak ingin mengulang itu pada generasi
penerusku.

 

Aku memaafkan kalian dengan ketulusan ini.

Tapi aku pun tak bisa berjanji kapan aku bisa melupakan.

Karena semua yang terjadi adalah peta hidupku kini.

Yang meninggalkan jejak dan semakin membuatku dewasa.

 

Semoga kalian baik-baik saja di sana.

Terima kasih atas luka itu.

 

Nah, itu adalah sebuah surat yang saya tulis dan tidak
pernah saya kirimkan kepada orang-orang yang telah membuat jejak luka di
hatiku. Semoga bisa menjadi contoh untuk kamu yang sedang dalam proses
memaafkan.

Pada dasarnya pengampunan atau memaafkan adalah sebuah
proses. Mungkin kamu tidak bisa memaafkannya secara sempurna, tetapi itu lebih
baik daripada tidak sama sekali.

Mereka yang hidup dengan baik adalah mereka yang berusaha
keras melepaskan amarah dan kebencian, serta selalu mencari cara untuk bisa
memaafkan orang lain.

Mereka yang hidup lebih tenang adalah mereka yang tidak lupa
luka. Namun tidak membiarkan dirinya terus menjadi korban atas pengalaman pahit
atau trauma.