Nabi Khidir Menurut Rasulullah, Siapakah Dia?

Sumber Gambar : www.islam.nu.or.id

Apakah seseorang yang bernama Khidir
ini adalah nabi? Mari kita memahaminya kembali dengan seorang alim yang
dikenal sebagai Nabi Khidir menurut Rasulullah melalui yang diceritakan dalam
Alqur’an Surat Al Kahfi.

Nabi Khidir adalah seseorang
misterius yang telah diceritakan dalam Al Qur’an Surat Al Kahfi. Dalam surat
tersebut, dikisahkan pertemuan Nabi Musa dengan seseorang yang dikatakan
bernama Khidir. Nabi Khidir namun tidak masuk dalam daftar 25 nabi yang wajib
diimani. Bahkan, di kalangan ulama terdapat perdebatan mengenai status dari
kenabiannya. Sebagian ulama ada yang mengatakan bahwa beliau adalah seorang
wali Allah SWT. Namun sebagian lagi mengatakan bahwa beliau merupakan seorang
nabi.  Dalam sebuah kutipan keterangan,
Syaikh Syuaib al-Arnauth, Ulama dan Ahli Hadis asal Damaskus, mengatakan:

Sebagian ulama besar mengatakan,
‘Ikatan pertama yang dirusak oleh orang zindiq (munafik) adalah status Khidir
sebagai nabi. Karena orang munafik memanfaatkan status Khidir ‘bukan nabi’
untuk beralasan bahwa wali lebih afdhal dari pada nabi. Sebagaimana mereka
mengatakan. Seperti kita ketahui, meski yang wajib diimani hanyalah 25 Nabi,
namun jumlah nabi sebenarnya tidak hanya 25 saja, melainkan ada banyak. 

Dalam hadis HR Ahmad dikatakan:
Abu Zar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Berapakah jumlah para nabi?” Kemudian
Nabi SAW menjawab, “Mereka berjumlah 124.000 orang, sebanyak 315 dari mereka
adalah Rasul.” (HR Ahmad).

Dari hadist tersebut, maka
mungkin Nabi Khidir menurut Rasulullah adalah salah satu dari 124.000 yang telah disebutkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Dalam cerita mengenai Nabi Khidir, memang terdapat banyak
sekali versi. Bahkan ada yang mengatakan bahwa beliau hidup sampai hari
kiamat. 

 

Nabi Khidir Menurut Rasulullah
Apakah Masih Hidup?

Beberapa orang sufi bahkan
mengaku telah bertemu dengannya dan mengatakan bahwa beliau telah menyampaikan
beberapa pesan yang pada dasarnya berisi perubahan dalam ajaran syariat. Namun
hal ini dikatakan oleh sebagian ulama tidaklah benar bahkan jauh dari
kebenaran, karena jika Nabi Khidir masih hidup, maka beliau pastilah akan
muncul dan membantu Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran islam pada masa
tersebut. 

Selain itu, dari semua hadis yang
menceritakan tentang Nabi Muhammad SAW, tidak pernah ada keterangan mengenai
sahabat Nabi yang bernama Khidir. Bahkan, dalam hadis HR Bukhari Muslim,
dikatakan, bahwa nanti tak akan ada manusia yang tersisa di muka bumi.

Nabi Muhammad SAW di depan para
sahabat telah bersabda:

  
لا يبقى على رأس مائة سنة ممن هو على وجه الأرض أحد

“Tidak akan tersisa seorang-pun
di muka bumi ini pada seratus tahun yang akan datang.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

Maka berdasarkan hadis tersebut,
maka keberadaan seseorang yang bernama Khidir dapat dikatakan juga tidak akan
ada saat hari kiamat. 

Namun, dalam surat Al Kahfi ayat
70 diceritakan bahwa seseorang yang bernama Khidir akhirnya mau mengajari Nabi Musa
namun dengan sebuah syarat. Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah
kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri
menerangkannya kepadamu,” (QS. Al-Kahfi: 70).

 

Keyakinan Orang-orang Tentang
Nabi Khidir Menurut Rasulullah

Berdasarkan kisah ini, sebagian
ulama meyakini bahwa beliau adalah seorang nabi, karena dianggap lebih tahu
daripada Nabi Musa. Dan para ulama tersebut juga mengatakan bahwa tak mungkin
Nabi Musa diperintahkan oleh Allah SWT untuk belajar kepada seseorang yang
bukan nabi.

Kemudian ulama yang meyakini
bahwa Khidir adalah seorang nabi juga mengambil kesimpulan dari Surat Al Kahfi
ayat 82. Karena di surat tersebut perkataan beliau di akhir pertemuannya dengan
Nabi Musa dipercaya sebagai tanda bahwa dirinya adalah Nabi. “Itu semua
dilakukan karena rahmat dari Tuhan-Mu, dan aku tidaklah melakukannya karena
murni keinginanku…”(QS. Al-Kahfi: 82).

Apa yang dikatakan Nabi Khidir menurut Rasulullah dipercayai bahwa beliau melakukan semua perbuatan itu atas perintah Allah dan
wahyu dari-Nya, dan bukan kemauannya sendiri. Seperti diketahui, orang-orang
yang mendapatkan wahyu khusus adalah seorang nabi. Terlepas dari semua
perdebatan tersebut, maka dapat ditarik satu kesimpulan yaitu kisah mengenai
seseorang yang bernama Khidir tidak dapat dijabarkan melalui hadis-hadis yang
dapat dipegang atau otentik.

Lantas siapakah sebenarnya Nabi
Khidir? Dalam hadis Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

 إِنَّمَا سُمِّيَ الخَضِرَ أَنَّهُ جَلَسَ عَلَى
فَرْوَةٍ بَيْضَاءَ، فَإِذَا هِيَ تَهْتَزُّ مِنْ خَلْفِهِ خَضْرَاءَ

“Beliau dinamai Khidir karena
beliau duduk di atas tanah putih, tiba-tiba berguncang di belakang beliau
berwarna hijau.” (HR. Bukhari 3402, Turmudzi 3151, dan Ibnu Hibban 6222).

Ungkapan ‘tanah putih’ yang
dimaksud dalam hadist tersebut adalah sebuah tanah kering tanpa tumbuhan di
atasnya. Sementara, menurut Kamaluddin ad-Damiri, Sastrawan dan Ahli Fiqih
beraliran madzhab Syafi’i di Mesir mengatakan adanya perbedaan pendapat
mengenai nama asli dari beliau.

Nama Khidir diperselisihkan. Dan
yang benar, sebagaimana yang dinukil ahli sirah, dan berdasarkan hadis nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana yang dinukil oleh al-Baghawi dan yang
lainnya, bahwa nama beliau adalah Balyan. Dan ayahnya bernama Malkan. Termasuk
bani Israil dan keturunan kerajaan. Beliau lari dari kerajaan dan menghabiskan
waktunya untuk ibadah. (Hayat al-Hayawan al-Kubro, 1/271).

 

Nabi Khidir Menurut Rasulullah
Bertemu Dengan Nabi Musa

Kisah Pertemuan Nabi Khidir dan
Nabi Musa dalam Alqur’an surat Al Kahfi, dikisahkan pertemuan antara Nabi Musa
dengan seseorang alim yang dikatakan bernama Khidir.

Dalam kisah yang diceritakan,
pada suatu ketika, Nabi Musa mendapat pertanyaan mengenai apakah ada orang yang
lebih pintar selain dirinya. Nabi Musa kemudian secara spontan menjawab
“Tidak ada.”

Setelah itu, Allah SWT
menjelaskan kepada Nabi Musa melalui Malaikat Jibril.  Malaikat Jibril berkata “Sesungguhnya Allah
SWT mempunyai seorang hamba yang berada di Majma al-Bahrain yang dia lebih alim
daripada kamu.” Usai mendengar hal tersebut, Nabi Musa menjadi penasaran,
siapakah hamba alim yang dimaksud tersebut?.

Kemudian Nabi Musa bertekad untuk
menemui hamba Allah yang alim tersebut serta menimba ilmu kepadanya. Pergilah
Nabi Musa dengan seorang muridnya untuk menemui seseorang yang telah dijelaskan
oleh Malaikat Jibril tersebut.

قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ
عَلَىٰٓ أَن تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

“Lalu mereka (Musa dan
muridnya) bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah
Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan
kepadanya ilmu dari sisi Kami.” (QS. Al-Kahfi: 65).

Lalu dalam Surat Al Kahfi ayat 66
diceritakan bahwa Nabi Musa meminta izin untuk belajar kepada seseorang yang
bernama Khidir.

 قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ
مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا….

“Musa berkata kepada Khidir:
“Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di
antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?” … (QS. Al-Kahfi: 66).

Kemudian, dalam Surat Al Kahfi
ayat 67 beliau mengatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sabar.

 قَالَ إِنَّكَ لَن تَسْتَطِيعَ مَعِىَ صَبْرًا 

Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu
sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku) Yakni kamu tidak akan sanggup
untuk bersabar atas apa yang akan kamu lihat dari ilmuku, sebab ilmu yang kamu
miliki tidak sesuai dengan hal itu.” dalam surat Al Kahfi ayat 70 diceritakan
bahwa Nabi Khidir akhirnya mau mengajari Nabi Musa namun dengan memberikan
syarat.

 قَالَ فَإِنِ اتَّبَعْتَنِي فَلَا تَسْأَلْنِي عَنْ
شَيْءٍ حَتَّى أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا

“Dia berkata: “Jika kamu
mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun,
sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu,” (QS. Al-Kahfi: 70).

Setelah diberikan syarat dan
disetujui oleh keduanya, Nabi Musa mengikuti seorang alim yang bernama Khidir
tersebut. Namun saat mengikutinya, Nabi Musa melihat banyak hal yang tidak
dapat dimengerti oleh dirinya. Bahkan menurut Nabi Musa apa yang telah
dilakukan oleh Khidir tidaklah sesuai dengan ajaran agama islam.

Namun Nabi Musa tidak bertanya
karena saat menyetujui untuk membiarkan Nabi Musa mengikutinya, Khidir memberikan
syarat bahwa dirinya tak boleh bertanya kepadanya.

 قَالَ فَإِنِ ٱتَّبَعْتَنِى فَلَا تَسْـَٔلْنِى عَن
شَىْءٍ حَتَّىٰٓ أُحْدِثَ لَكَ مِنْهُ ذِكْرًا

“Dia berkata: “Jika kamu
mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai
aku sendiri menerangkannya kepadamu,” (Surat Al Kahfi ayat 70).

Beberapa hal yang terjadi saat
Nabi Musa mengikuti Khidir dan membuat dirinya tak mengerti antara lain:

·        
Beliau melubangi dan merusak sebuah perahu yang
sedang bersandar

·        
Beliau membunuh seorang anak kecil yang sedang
tertidur

·        
Beliau memperbaiki sebuah rumah di desa yang
seluruh warganya pelit

Setelah peristiwa ketiga, di desa
itulah perpisahan antara keduanya terjadi.

 قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِى وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ
بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِع عَّلَيْهِ صَبْرًا

“Khidhr berkata: “Inilah
perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan
perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya,” (Surat Al
Kahfi Ayat 78).

Kemudian kisah pertemuan antara
Nabi Musa dan Nabi Khidir menurut Rasulullah akhirnya ditutup dengan penjelasan berbagai hikmah
dari tindakan-tindakan yang dilakukan Khidir selama dalam perjalanan. Hikmah
tersebut dijelaskan dalam Surat Al Kahfi Ayat 79-82.

Penjelasannya yaitu:  Perahu yang dilubangi dan dirusak adalah
milik orang miskin dan di laut ada seorang raja yang akan merampas setiap
perahu, maka untuk menghindarinya, perahu itu dirusak agar mereka tak bertemu
dengan raja yang akan merampasnya. Sementara anak yang dibunuh kelak nanti
ketika dewasa akan membawa kepada kesesatan dan kekafiran, sementara  kedua orang tua dari anak tersebut adalah
orang-orang mukmin. Maka untuk menghindarinya anak tersebut dibunuh. Sedangkan
rumah yang diperbaiki merupakan sebuah rumah milik anak yatim yang di bawahnya
ada harta tersimpan. Maka untuk menjaga harta tersebut, rumah tersebut harus
berdiri tegak.

Itulah kisah mengenai seseorang
alim yang telah disampaikan oleh Allah SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi
Musa. Sebuah kisah yang semoga bisa menjawab apa benar ada Nabi Khidir menurut
Rasulullah melalui wahyu yang diterimanya, yaitu Alqur’an.

 

Referensi

https://www.tvonenews.com/lifestyle/trend/29417-mengenal-nabi-khidir-dan-ilmu-yang-diberikannya-kepada-musa?page=all