Workaholic Bisa Memicu Stress dan Gangguan Kesehatan Mental

Sejauh mana seorang yang memiliki
kebiasaan sebagai workaholic bisa menjaga dirinya dari gangguan kesehatan
mental. Karena yang kita tahu selama ini workaholic sama saja dengan gila
kerja, tiada hari tanpa kerja, time is money, dan kata-kata motivasi lainnya
jika kita ingin jadi orang yang sukses.

Tidak ada yang salah dengan
bekerja, tapi alangkah baiknya jika kita lihat kembali apakah selama ini kita
hidup hanya untuk bekerja atau kita bekerja untuk hidup. Apa perbedaannya?

Seorang yang gila kerja atau
workaholic itulah yang selama hidupnya mengabdikan dirinya untuk bekerja.
Padahal sebagai makhluk sosial kita juga perlu untuk menjaga hubungan dengan
orang lain dan alam. Dengan itulah hidup kita akan seimbang.

Namun sejak munculnya generasi Z
ini yang ditandai dengan munculnya banyak start up membuat kaum milenial
memiliki kebiasaan kerja tanpa henti. Karena informasi yang dikonsumsi juga
lebih banyak yang mengarahkan pada hustle culture. Apa itu hustle culture?
Hustle culture adalah budaya untuk bekerja secara terus-menerus. Bahkan di
Jepang sendiri menyebutnya “karoshi”. Budaya kerja ini pastinya tidak sehat
karena orang-orang cenderung jadi tidak memiliki waktu untuk dirinya sendiri
dan akhirnya memicu tingkat stress yang menyebabkan bunuh diri.

Alasan mengapa kaum milenial saat
ini seolah menganut hustle culture adalah karena dia melihat orang-orang di
sekitar memberikan informasi atau ide untuk bekerja giat tanpa lelah sebelum
mencapai hasilnya. Jadi kaum milenial melihat hal ini sebagai sebuah tren yang
harus diikuti. Selain itu, tuntutan untuk selalu produktif di jaman ini menjadi
lebih tinggi daripada sebelumnya.

Pada kenyataannya produktif tidak
selalu sama dengan bekerja terus-menerus. Begitu juga sebaliknya, bekerja tanpa
henti tidak memberikan bukti sudah lebih produktif. Karena banyak kegiatan yang
hanya membuat kita sibuk daripada produktif. Apalagi di masa pandemi ini banyak
digaungkan “tetap produktif meski di rumah aja”.

Definisi Produktif

Produktif adalah suatu kegiatan
yang menghasilkan sesuatu berupa hal baru yang didapat dari membaca, benda,
tulisan, dan hal baik lainnya. Sedangkan produktivitas menurut Herjanto adalah
suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan
dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal.

Produktif dilihat dari segi yang
melekat pada individu yaitu orang yang mampu memanfaatkan waktunya dengan
mengerjakan berbagai macam aktivitas yang positif, seperti tugas-tugas
pekerjaan, olahraga, dan kegiatan lainnya.

Dari definisi tersebut artinya
jika bekerja tanpa henti tanpa mengenal lelah apakah bisa juga disebut
produktif? Padahal produktif adalah melakukan hal-hal positif. Ketika sesuatu
dilakukan secara berlebihan dan melebihi porsinya maka sudah menjadi hal
negatif. Seperti aktivitas makan, ketika kita lapar dan memutuskan makan itu
adalah hal positif tetapi ketika kita makan tanpa henti meski perut sudah
kenyang maka hal itu sudah menjadi hal negatif karena memberikan dampak yang
juga tidak baik kesehatan tubuh.

Jadi bisa dipastikan bahwa
produktif adalah ketika kita bisa memanfaatkan waktu yang ada untuk melakukan
hal-hal positif, serta dapat membagi waktu dengan lebih tepat. Ketika kita bisa
membagi waktu dengan bijak, kapan waktu untuk makan, istirahat, beribadah,
bekerja, dan bermain, maka kita akan menuju keseimbangan hidup dan tentunya
juga terhindar dari rasa stress.

 

Multitasking Adalah Mitos

Kemudian jika ada yang mengatakan
bahwa dia bisa bekerja secara terus-menerus dan mengerjakan hal sekaligus dalam
satu waktu, contohnya ketika bekerja juga sambal makan, bekerja sambal menerima
telepon, bekerja sambal main game. Itu semua hanyalah mitos.

Karena pada dasanya tidak ada
manusia yang bisa fokus melakukan banyak hal dalam satu waktu. Coba saja
bayangkan ketika bekerja sambil makan, pasti hanya satu yang lebih difokuskan
antara bekerja atau makan. Ketika lebih fokus bekerja maka dia makan hanya ala
kadarnya yang penting ada makanan masuk ke perut, dia tidak memikirkan makan
pakai apa bagaimana kandungan gizinya, dan hal lainnya. Ketika dia lebih fokus
makan, maka bisa dipastikan hasil pekerjaannya pun tidak maksimal karena yang
dia pikirkan saat itu adalah menikmati makanannya.

Begitu juga dengan sebuah
komputer, meski sudah dirancang dengan teknologi yang canggih, terlalu banyak
membuka aplikasi dan folder bisa membuat komputer tersebung mengalami eror atau
kinerja yang lambat. Hasilnya pun tidak maksimal kan.

Jadi sebenarnya tidak ada
pekerjaan yang bisa dikerjakan secara bersamaan atau multitasking. Meski adapun
hasilnya tidak akan maksimal ketika mengerjakan pekerjaan yang fokus pada satu
hal.

 

Gangguan Kesehatan Mental Yang
Disebabkan Karena Pekerjaan

Pernahkah Anda mendengar kata
psikosomatis? Orang yang bekerja secara terus-menerus akan rentan terhadap
stress karena dia menggunakan otak untuk berpikir tanpa memberikan jeda atau
istirahat yang cukup.

Psikosomatik adalah sebuah cabang
medis interdisipliner yang mengeksplorasi tentang hubungan sosial, psikologis,
dan factor kebiasaan fisik serta kualitas hidup antara manusia dan hewan.  Gangguan psikosomatis adalah penyakit yang
melibatkan pikiran dan tubuh, dimana pikiran mempengaruhi tubuh sehingga
penyakit muncul atau menjadi bertambah parah. Istilah ini muncul untuk
menyatakan keluhan fisik yang diduga disebabkan atau diperparah oleh factor
psikis atau mental, seperti stress dan rasa cemas.

Bagaimana pikiran bisa
mempengaruhi penyakit memang sampai kini belum bisa dijelaskan. Namun pikiran
dapat menyebabkan munculnya gejala atau perubahan fisik seseorang, seperti
ketika merasa takut atau cemas, bisa memunculkan tanda-tanda seperti denyut
jantung menjadi lebih cepat, berdebar-debar, mual, berkeringat, mulut kering,
sakit kepala, sakit perut, nyeri otot, nyeri punggung, dan keluhan lainnya yang
penyakit itu sendiri tidak bisa ditemukan atau dideteksi secara fisik.

Tidak jarang yang memicu pikiran
adalah pekerjaan yang memicu tekanan atau menyebabkan stress. Misalkan ketika
menjelang akhir bulan belum mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan
biasanya ada saja keluhan sakit yang dirasakan, seperti kepala pusing, mual,
nyeri dada, dll. Hal ini karena dia merasa cemas atau takut jika tidak mencapai
target maka akan dimarahi oleh atasan atau parahnya konsekuensi lain yang
diterima yaitu diberhentikan karena performa tidak baik.

Seperti yang terjadi di Korea
Selatan dan Jepang dimana persaingan sangat ketat terjadi di dunia pekerjaan,
baik dari dunia bisnis atau hiburan. Banyak kita ketahui berita dari kedua
negara tersebut tokoh atau artis yang meninggal dunia akibat bunuh diri. Karena
persaingan kerja yang sangat ketat memicu stress dan akhirnya menyebabkan
keinginan bunuh diri.

 

Kesimpulannya adalah bekerjalah
untuk hidup, bukan hidup untuk bekerja. Karena diri kita membutuhkan hal lain
selain bekerja, yaitu bersosialisasi dengan orang lain dan alam. Tetaplah
menjadi produktif dengan lebih pandai dalam membagi waktu.

PM Finlandia, Sanna Marin,
menyebutkan bahwa pengurangan jam kerja yang tadinya 5 hari kerja dalam
seminggu menjadi 4 hari kerja seminggu ternyata cukup efektif dan berhasil
meningkatkan tingkat produktivitas penduduknya. Menurut PM termuda di dunia
ini, mereka jadi lebih banyak waktu untuk keluarga dan kerabat sehingga lebih
merasa bahagia dalam hidupnya. Hasilnya pun produktivitas pegawai meningkat
40%.

Negara Prancis pun membatasi jam
kerja hanya menjadi 5 jam sehari untuk membuat penduduknya lebih produktif.
Peraturan jam kerja ini bahkan ada beberapa kantor yang menghimbau para
pegawainya untuk tidur siang sejenak sebelum melanjutkan aktivitas pekerjaannya
lagi. Pembatasan jam kerja maksimal 35 jam seminggu ini juga berlaku untuk
tidak membicarakan urusan pekerjaan setelah jam 5 sore. Tujuannya agar penduduk
Perancis tidak mengalami tekanan berat karena bekerja.

Jadi jika saat ini Anda bekerja
dari jam 9 hingga jam 5 sore, manfaatkan waktu tersebut sebaik-baiknya. Bila
atasan Anda selalu meminta bekerja lebih dari waktu yang ditentukan pastinya
hal itu sudah tidak membuat kehidupan Anda seimbang. Karena sejujurnya yang
diuntungkan dari lamanya jam kerja Anda adalah para atasan dan bukan untuk
Anda. Usahakan juga untuk tidak membawa pulang pekerjaan karena Anda mustinya
menggunakan waktu di rumah untuk diri Anda sendiri dan keluarga.