Review Buku How to Stop Feeling Like Sh*t

Buku
ini ditulis oleh Andrea Owen, seorang podcaster, motivator internasional,
pemimpin retret, dan penulis buku 52 Ways to Live a Kick-Ass Life. Buku yang
terbit tahun 2019 ini berisi hal-hal yang menjadi kebiasaan Anda dan
menghalangi Anda dari rasa bahagia.

Saya
pertama kali menemukan buku ini setahun setelah buku ini diterbitkan. Disaat
itu saya harus segera pulih dari berbagai rasa setelah resign dan kehilangan
orang tua.

Harapannya
saya bisa segera bangkit dari rasa sedih dan terpuruk yang sedang dialami. Namun
ternyata banyak hal diluar ekspektasi saya dari hasil membaca buku ini.

Buku
ini seperti memberitahu saya bahwa kesedihan, keterpurukan, termasuk akhirnya
memutuskan resign ada keterkaitan dengan kebiasaan perilaku dan perasaan saya
yang tanpa sadar sudah saya miliki sejak lama. Singkatnya buku ini mampu
memberitahu saya betapa kebiasaan saya dulu yang membuat saya tidak menghargai
diri saya dan akhirnya mengizinkan berbagai perasaan negatif masuk.

Andrea
Owen, penulis buku ini, sukses memberikan cerita yang berhubungan dengan
kehidupan kita sehari-hari sekaligus dengan perasaan yang menyertainya. Dia
menceritakan bahwa ada 14 hal yang sebenarnya menjadi penghalang kita untuk
merasa bahagia. Apa saja itu? Simak sampai selesai ya!

 

14
Kebiasaan Yang Menghalangi Anda Merasa Bahagia

Saya
akan sedikit memberikan ulasan pada setiap hal yang dibahas oleh Andrea Owen
ini.

  1. Kecaman Batin

Tanpa disadari setiap diri kita memiliki kecaman batinnya
masing-masing. Semua tergantung pada kita apakah kita lebih mendengarkan
kecaman batin kita atau mengubahnya menjadi hal yang lebih positif. Kecaman
batin itu berupa kritik terhadap diri dan penilaian tak berdasar, seperti “memangnya
kamu bisa?”, “tulisanmu tak pernah ada yang menyukai”, “banyak yang lebih hebat
dari kamu”,….

Bagaimana apakah Anda sudah mulai menemukan apa kecaman batin
Anda selama ini?

Kecaman batin ini bisa ada dalam setiap bagian kehidupan yang
pada akhirnya mempengaruhi Anda dalam bertindak. Misalnya Anda mulai merasa
tidak percaya diri dengan penampilan Anda karena kecaman batin Anda mengatakan
demikian.

Saya banyak belajar dari buku ini bagaimana saya mulai merunut
satu per satu kejadian dimana kecaman batin ini sangat berpengaruh, seperti
pada masa lalu, penampilan, pekerjaan, hubungan, dan masa depan.

Dalam hal bagaimana kecaman batin ini mempengaruhi pandangan
kita terhadap masa depan adalah ketika dia mencoba meyakinkan diri kita bahwa
masa depan kita akan buruk seburuk masa lalu kita. Padahal faktanya adalah masa
lalu memang sudah terjadi dan baik buruknya hanyalah pembelajaran, masa depan
masih belum terjadi dan kita masih bisa mengubahnya menjadi baik.

  1. Mengisolasi diri

Hal kedua yang menghalangi Anda dari rasa bahagia adalah selalu
mengizinkan diri untuk mengisolasi diri. Anda lebih sering menggunakan alasan
bahwa Anda introvert dan lebih suka menyendiri. Mungkin pada beberapa keadaan
Anda menyukainya, tetapi Anda pun mulai merasa sendiri dan kesepian tetapi
memaksakan diri untuk menarik diri dari pergaulan dan berusaha terlihat baik-baik
saja.

  1. Mati rasa

Saat keadaan tidak seperti yang diinginkan atau saat
menghadapi masalah, Anda lebih sering mencari pelarian diri pada hal-hal lain.
Anda bisa lari mendengarkan musik, menarik diri dari pergaulan, mabuk-mabukan, bahkan
menggunakan narkoba. Ya, disini Anda sedang berusaha untuk mati rasa dengan melarikan
diri dari kenyataan.

Padahal jika Anda mau menghadapinya, bayangan ketidaknyamanan
dan kesulitan itu mungkin tidak separah yang Anda pikirkan. Itu hanya ketakutan
diri kita saja.

  1. Membandingkan diri

Kehadiran sosial media saat ini membuat Anda sangat mudah
mulai membandingkan hidup Anda dengan orang lain. Padahal sosial media adalah
tempat dimana semua hal baik ada.

  1. Sabotase diri

Banyak dari kita yang masih terjebak dalam standar kehidupan
orang lain. Selama ini Anda hidup dengan gaya yang orang lain inginkan.

Dengan memiliki banyak uang, maka Anda merasa diterima, dipuji,
dianggap positif, dan disayangi. Tapi ketika tidak ada uang Anda akan dimaki,
dibuang, dijelekkan, dan dianggap sombong. Oleh sebab itu, Anda mati-matian
bekerja untuk mendapatkan lebih banyak uang dari waktu ke waktu.

Anda pengen punya mobil bagus? Untuk apa? Agar diterima, agar tidak
dianggap miskin? Anda tidak memikirkan apakah Anda benar-benar membutuhkan
mobil tersebut. Karena Anda membeli mobil itu masih berdasarkan standar mobil
yang bagus menurut orang lain.

  1. Kompleks penipu

Seringkali kita tidak mengapresiasi pencapaian diri dengan
mengatakan hal-hal seperti cuma, sekedar, hanya. Contohnya saat Anda membantu
orang lain, maka Anda akan mengatakan “itu hanya pemberian kecil, tidak
seberapa”. Niat hati ingin merendah tapi lama-kelamaan Anda terjebak pada hal-hal
negative yang membuat Anda merasa tidak berharga.

  1. Gemar menyenangkan orang lain dan meminta restu
    orang lain

Saya termasuk yang sering melakukan ini. Bagian ini memang
sedikit complicated dengan sabotase diri, karena saya ingin menyenangkan semua
orang agar diterima dan dianggap baik. Saya mulai stress dan tertekan ketika
menghadapi kritik dari orang dan mengetahui diri saya tidak cukup baik bagi
mereka.

Hal yang perlu diingat dari pesan Andrea Owen adalah bahwa
kebahagiaan orang lain bukan tanggung jawabmu. Kita perlu menghindari memandang
segala sesuatu secara pribadi (tidak perlu berasumsi/menerka-nerka perasaan orang
lain, apakah dia marah, tidak suka, biarlah itu jadi perasaan yang mereka
tanggung sendiri).

  1. Penjara perfeksionisme

Tidak jarang juga yang bertindak perfeksionis dalam kesehariannya.
Sekilas terlihat baik tetapi bukan kah ini menunjukkan diri Anda yang takut salah
dan takut menghadapi kegagalan?

Membuang perfeksionisme bukan berarti pemalas. Anda masih bisa
mencapai apa yang diinginkan dengan tujuan untuk dirimu sendiri (kemegahan)
bukan untuk orang lain (terlihat sempurna).

Pada akhirnya perfeksionime itu ada karena rasa takut. Takut
dianggap bodoh, takut tidak diterima dan takut tidak dinilai baik.

  1. Menjadi kuat

“Be strong, tetaplah kuat”. Ternyata kalimat ini adalah toxic
positivity
. Karena menjadi kuat itu butuh proses dan artinya memendam
perasaan, mengabaikannya dan seolah baik-baik saja di depan orang lain. Menunjukkan
diri yang rentan itu tak apa, itu bagian dari menerimanya dan menjadi kuat
dengan perspektif baru.

Jangan jadi hiper independen yang merasa bisa melakukan semua
hal sendiri karena itu hanya akan menghancurkanmu. Pujian orang lain yang mengatakan
Anda kuat hanyalah sementara, tapi Anda tak benar-benar menang hingga akhir hayatmu.

  1. Mengendalikan orang lain

Hal yang sia-sia dan cuma menyakiti diri sendiri. Karena
terlalu berupaya mengontrol semua hal. Coba lepaskan agar lebih tenang dan
bahagia, percaya pada diri sendiri dan orang lain.

  1. Pemikir bencana

Jika Anda lebih sering merasa cemas artinya Anda tidak bisa menikmati
kebahagiaan karena terlalu menyiapkan bencana yang mungkin akan terjadi.

Meski bersiap diri adalah baik tapi bisa bikin kecanduan dan
sulit merasakan bahagia. Karena akan sangat sulit untuk merasa bersyukur.

  1. Menyalahkan orang lain

Seringkali lebih mudah menyalahkan orang lain atas suatu
masalah. Sehingga bisa lepas dari tanggung jawab dan melarikan diri.

Cobalah untuk memperbaikinya. Hubungan kita yang sering
terputus bisa jadi karena kita suka menyalahkan orang lain atas kekurangan diri
sendiri. Hadapi itu dan jika harus meninggalkan maka tinggalkan jangan bertahan
hanya untuk menunggunya menyadari kesalahan.

  1. Sinisme tidak peduli

Saat Anda terluka karena sikap seseorang, Anda akan berkata “saya
sudah tidak peduli lagi dengannya”. Saat Anda berkata tidak peduli, artinya Anda
mengabaikan diri Anda yang sebenarnya. Karena tidak ada orang yang bisa tidak
peduli sama sekali dengan siapapun atau apapun. Pun saat kita dicaci dan
memiliki kecaman batin, kita tidak bisa benar-benar tidak peduli.

Bagaimana cara mengatasinya? Anda bisa mencari tahu dari buku
Andrea Owen ini, atau tinggalkan komentar di bawah untuk kita bahas.

  1. Pencapaian yang berlebihan

Anda tidak ditentukan oleh prestasi-prestasi Anda. Anda
hanyalah Anda, tanpa semua kemenangan Anda, masih saja luar biasa. Anda hebat
sebagai diri Anda. Bukan apa yg berhasil Anda raih.

 

Di
setiap akhir pembahasan Andrea Owen memberikan pertanyaan yang membantu kita
menemukan perasaan seperti sampah itu, darimana asalnya, dan bagaimana cara
mengatasinya.

Kunci
dari kebahagiaan yang ingin disampaikan oleh Andrea Owen dengan menyebutkan hal-hal
yang menjadi kebiasaan kita itu adalah perubahan. Karena hanya perubahan lah
yang bisa membuat kita menjadi pribadi yang berbeda dan lebih bahagia.

Perubahan
memang tidak bisa terjadi dalam waktu singkat. Butuh proses bahkan hingga
tahunan, setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing untuk berubah karena
butuh kesadaran diri dan penerimaan diri.

Banyak
variabel yang mempengaruhi perubahan itu sendiri, diantaranya faktor kesadaran
diri dan lingkungan. Dibutuhkan kemauan diri yang keras dan persisten untuk
bisa berubah. Selain itu, jika lingkungan tidak mendukung atau malah membuat
kita susah keluar dari kebiasaan-kebiasaan itu, maka prosesnya akan lebih lama.

Saya
yang seorang introvert, nggak enakan, dan sering berusaha menyenangkan banyak
orang belajar dari buku ini bahwa ternyata banyak juga orang-orang yang seperti
saya, terbelenggu dengan kebiasaan dan pikiran yang sudah mendarah daging sejak
kecil. Dengan mereka berbagi cerita hidup dari kasus yang berbeda.

Selain
itu, saya juga belajar bahwa seburuk apapun jika kita mau berubah maka tidak
ada yang mustahil. Tetaplah berproses dan jangan mau seperti sampah terus-terusan.