Cara Membangun Kepercayaan Diri Pada Remaja

Usia remaja merupakan masa dalam
pencarian jati diri seseorang. Oleh sebab itu, dibutuhkan dukungan untuk
membentuk karakter melalui berbagai aktivitas, salah satunya menumbuhkan rasa
percaya diri pada diri remaja.

Sedikit cerita saat saya duduk di
bangku SMA, topik mengenai kenakalan remaja dan pengembangan diri remaja
merupakan topik yang cukup popular pada saat itu. Mungkin jika zaman sekarang
sudah digantikan dengan topik-topik era sosial media dan berbagai tantangan
dunia digital.

Kenakalan remaja termasuk di
dalamnya bagaimana remaja mudah terjerat dalam dunia hitam narkoba. Saat inipun
ternyata narkoba masih berkeliaran di sekitar dunia remaja, ditambah dengan
kasus-kasus pinjaman online dan trading.

Beda era akan berbeda tantangan
pastinya. Namun yang terpenting adalah dalam usia remaja, entah kita sebagai
orang tua atau remaja itu sendiri, wajib hukumnya memiliki benteng kesadaran
diri dan pertahanan diri agar tidak terjerumus pada hal-hal yang negative tersebut.

Namun ada kalanya godaan untuk
mencoba berasal dari lingkungan pergaulan. Banyak iming-iming yang ditawarkan
untuk memakai narkoba dan ada stigma yang coba ditumbuhkan jika tidak memakai
narkoba maka tidak keren. Bahkan remaja saat ini cukup merasa insecure jika
dicap sebagai orang yang kuper, baper, dan sebutan lainnya.

Nah, bagaimana sih cara mengatasi
agar tidak mudah tergoda dengan bujukan teman. Salah satu caranya adalah
memiliki kepercayaan diri. Namun untuk membangun rasa percaya diri itupun bukan
hal yang mudah untuk dilakukan. Simak tips berikut ini untuk membangun kepercayaan
diri remaja.

 

Tips Membangun Kepercayaan
Diri Pada Remaja

1.      
Hormati dan Hargai

Remaja merupakan
masa dimana anak mulai beranjak dewasa. Sudah tidak bisa dikatakan anak-anak
lagi tetapi juga belum bisa dewasa. Usia-usia terbilang remaja adalah sekitar
12 – 17 tahun. Diusia ini anak sedang mulai memiliki kesadaran diri sendiri,
mulai mempertanyakan siapa dirinya, apa yang dia sukai, apa yang dia inginkan.
Oleh karena itu, banyak juga yang beraktivitas mengikuti selera teman-teman
sepermainannya.

Tugas sebagai
orang tua atau walinya adalah memberikan kepercayaan pada remaja untuk mulai
memilih kegiatannya, seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah dan
kegiatan lain di luar sekolah untuk mengembangkan hobinya.

Dengan
memberikan kepercayaan artinya orangtua juga memberikan kebebasan yang
bertanggung jawab pada diri remaja. Sehingga remaja pun akan merasa
keinginannya diakui dan pilihannya dihargai.

Berbeda
kondisinya jika remaja masih selalu didikte untuk melakukan kegiatannya, tidak
boleh melakukan ini dan itu tanpa penjelasan. Remaja memiliki rasa penarasan
yang tinggi. Pilihannya saat remaja ditolak untuk bisa melakukan keinginannya
adalah remaja bisa saja memberontak atau malah diam yang akhirnya mempengaruhi
kondisi psikologisnya saat dewasa nanti, seperti takut berteman dekat dengan
seseorang, takut bersosialisasi, tidak bisa memutuskan untuk pilihan hidupnya
sendiri, dan lain-lain.

2.      
Sering Memberi Pujian

Pengakuan yang
dibutuhkan remaja selain kebebasan adalah pujian. Remaja memiliki keinginan
untuk mendapatkan pujian, terutama dari orangtua, atas pencapaiannya.

Nah, masalah
muncul ketika pencapaian remaja tidak sesuai dengan harapan orangtua. Misalnya
orangtua ingin anaknya mendapatkan ranking 1 di kelasnya tetapi si anak hanya
mendapatkan ranking 2 betapapun kerasnya dia belajar selama ini. Akhirnya orangtua
kecewa dan memarahi anak. Hal ini sangat jauh dari harapan anak yang ingin
selalu diberi pujian atas pencapaiannya selama ini, bagaimana dia jatuh bangun belajar
untuk bisa meraih ranking di kelasnya, bersaing dengan teman-temannya yang juga
tidak kalah pintar dengan dirinya. Orangtua seharusnya juga menyadari proses
anak dalam berusaha dan belajar. Berikan pujian yang tidak berlebihan tetapi
tetap membangun dan menjadikan anak lebih baik lagi.

3.      
Hindari Kritik yang Menjatuhkan

Bisa dibilang
masa remaja ini masa dimana rasa insecure mulai dirasakan. Berbagai perasaan, mulai
dari jatuh cinta dengan lawan jenisnya, rasa kecewa, emosi, sedih, tak jarang
membuat diri remaja pun jadi mudah terbawa perasaan.

Sedikit kritik
bisa jadi membuat diri remaja sensitive dan merasa tidak berguna. Oleh karena
itu, berhati-hatilah saat memberikan kritik pada diri remaja. Jangan salahkan
mereka yang merasa seperti itu karena setiap diri manusia berbeda, ada yang
mudah menerima kritik tetapi juga ada yang sulit menerima kritik.

4.      
Membangun Harga Diri Anak

Harga diri anak
ini sangat penting sekali. Saya pernah membahasnya dalam artikel membangun harga diri anak muda.

Jika Anda membiarkan
harga diri anak menurun, maka anak akan merasa rendah diri dan saat dewasa dia
mudah mengijinkan dirinya disakiti.

5.      
Fokus Pada Kekuatan yang Dimiliki

Mengenali
kekuatan dan kelemahan itu bagus. Tetapi katakan pada remaja bahwa setelah
mengenali kekuatan dan kelemahannya untuk selanjutnya remaja sudah semestinya
berfokus pada kekuatan yang dimilikinya. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan
diri remaja dari perasaan rendah diri, minder, iri, dan dengki. Yakinkan lah
pada mereka bahwa dirinya pun tidak kalah hebat.

6.      
Penampilan Itu Tidak Penting

Remaja perlu
mendapatkan edukasi juga bahwa penampilan tidak lah terlalu penting. Mungkin
bagi sebagian pekerjaan penampilan ini adalah penunjang utama, tetapi ada yang
lebih penting dari itu, yaitu nilai-nilai kehidupan dalam diri.

Apa saja sih
nilai-nilai kehidupan itu? Seperti nilai kejujuran, loyalitas, dan keadilan.
Apa yang dalam hati itu lebih penting daripada hanya tampilan luarnya saja.
Siapa saja bisa berpenampilan keren tetapi tidak semua bisa memiliki akhlak
yang juga keren.

Saya pun
berharap dulu diusia remaja ada orang yang mengatakan bahwa penampilan tidak
penting kepada diri saya. Sehingga saya tidak perlu merasa minder dengan teman-teman
saya yang lebih berpenampilan bagus karena baju-bajunya bermerk, ke sekolah
diantar dengan mobil, dan kesilauan lainnya yang membuat diri saya cukup merasa
rendah diri. Hal ini sangat berpengaruh juga pada proses belajar sehingga saya
tidak percaya diri saat belajar kelompok dengan mereka.

Saya harap Anda
yang menjadi orangtua atau wali remaja bisa mengatakan hal ini pada mereka agar
remaja tidak merasa minder jika penampilannya sederhana, ke sekolah dengan
angkot saja, dan masih jajan di pinggiran jalan, bukan di mall.

7.      
Selalu Beri Dukungan untuk hal positif

Tips selanjutnya
adalah selalu memberi dukungan pada remaja untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kuncinya adalah dengan menjaga komunikasi dengan mereka. Anda tahu apa saja
kegiatan mereka tetapi tidak ikut campur dalam kegiatan mereka. Hal itu
sangatlah penting.

Jadi Anda bisa
mengawasi kegiatan anak tapi juga memberikan kebebasan pada mereka yang
bertanggung jawab.

 

Tips-tips di atas adalah sangat perlu dilakukan untuk
membangun kepercayaan diri remaja. Berdasarkan pengalaman masa remaja yang
telah berlalu, banyak hal yang bisa menjadi pembelajaran dan ingin saya bagikan
pada Anda. Jika salah merespon keadaan yang tidak membuat diri remaja tidak
nyaman atau tersakiti, maka akan berujung menjadi memory buruk. Bahasa
psikologinya adalah inner child yang terluka. Ya, saya mengalami kejadian yang
menyakitkan saat berusia remaja, yaitu SMP. Hal itu masih menjadi memory buruk
hingga saat ini. Terkadang dari memory tersebut diri saya seperti memiliki
alarm sendiri agar terhindar dari hal-hal seperti yang terjadi pada masa lalu. Apakah
bisa disembuhkan jika sudah terlanjur menjadi memory buruk yang berbekas? Tentu
bisa, tetapi tidak instan. Butuh proses untuk menyembuhkannya melalui recall
setiap kejadian yang diingat.

Oleh karena itu, saya lebih aware dengan self improvement
saat ini, terutama dari usia anak-anak karena proses pendewasaan diri juga
dipengaruhi dari bagaimana kita menjalani kehidupan saat masih kecil.
Lingkungan keluarga sangat memberikan peran yang cukup signifikan bagi tumbuh
kembang anak. Melalui inner child yang terluka tersebut saya tidak lantas
menyalahkan pola asuh orangtua saya dulu karena car aitu hanya akan menambah
diri saya terluka, bukan menyembuhkan. Pola asuh orangtua zaman dulu pun
pastinya berbeda dengan zaman sekarang. Pola asuh zaman dulu pun tak bisa
disalahkan karena saya yakin orangtua kita sudah melakukan yang terbaik sesuai
pemahaman mereka. Nah, tinggal tugas kita saat ini sebagai orangtua untuk
menyembuhkan diri sendiri dari trauma masa lalu dan tidak menurunkan rasa sakit
yang sama pada anak-anak kita. Dengan cara apa? Dengan cara kita mengikuti
dunia mereka saat ini dan sesuaikan cara mendidik kita dengan zamannya.

Dengan begitu saya yakin banyak orangtua yang mulai bisa
membangun kepercayaan diri remaja sejak dari lingkungan keluarga sehingga
ketika remaja menghadapi dunia luar mereka tidak akan gentar dan memiliki nilai
kehidupan yang jelas.