Pengembangan Harga Diri Pada Anak Usia Dini

Pentingnya membentuk dan
mengembangkan harga diri anak sejak mereka berusia dini adalah karena masa usia
dini merupakan golden age. Artinya bila anak mendapatkan Pendidikan yang tepat
diusia tersebut, maka ia akan memiliki kesiapan belajar yang baik sebagai salah
satu kunci utama keberhasilan belajar pada jenjang berikutnya.

Perkembangan anak tidak saja hanya
dari sisi kognitif dan psikomotoriknya, tetapi juga perlu dari sisi psikologis.
Apa saja yang perlu diajarkan kepada anak? Yaitu pengendalian diri, kebutuhan
berprestasi, penguasaan atau kepercayaan diri, dan harga diri. Untuk membangun
kepercayaan diri pada anak bisa Anda cek artikelnya di sini.

 

Pengertian Harga Diri

Mengambil penjelasan dari Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar Vil. 2 No. 2 Agustus 2016 dari PG PAUD FKIP UAD
Yogyakarta yang ditulis oleh Dwi Hastuti menyebutkan definisi harga diri
menurut Stuart dan Sundeen (1991) mengatakan bahwa harga diri adalah penilaian
individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal dirinya.

Dari pendapat beberapa ahli
disimpulkan bahwa harga diri merupakan penilaian individu terhadap kehormatan diri,
melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak
diverbalisasikan dan menggambarkan sejauhmana individu tersebut menilai dirinya
sebagai orang yang memiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.

Bagaimana bisa menilai seorang
anak memiliki harga diri tinggi atau rendah? Anda bisa melihatnya dari bagaimana
kepribadian anak yang berharga diri tinggi akan berperilaku lebih mandiri,
aktif, berani mengemukakan pendapat, dan percaya diri. Sebaliknya, seorang anak
dengan harga diri rendah akan terlihat kurang percaya diri, cemas, takut, pasif,
dan menarik diri dari lingkungan.

 

Ruang Lingkup Pengembangan
Harga Diri Anak

Menurut Felker (1974), ruang lingkup
harga diri adalah :

1.      
Feeling of belonging

Adalah perasaan
individu bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok dan individu
tersebut diterima oleh anggota kelompok lainnya. Penilaian anggota kelompok
menjadi penting berkaitan dengan penerimaan atau penolakan. Seseorang akan
merasa dirinya lebih berharga bila diterima secara positif.

2.      
Feeling of competence

Adalah perasaan
individu bahwa dia mampu melakukan sesuatu untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Perasaan ini juga berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa percaya
terhadap pikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.

3.      
Feeling of worth

Adalah perasaan
individu yang merasa dirinya berharga. Perasaan berharga ini memicu penilaian
positif terhadap dirinya, merasa yakin, dan memiliki harga diri atau self
respect.

 

Peran Orangtua dalam
Pengembangan Harga Diri Anak

Pentingnya peran orangtua karena
hubungan pertama yang dijalin oleh anak dengan lingkungannya dimulai dari orangtuanya.
Pada umumnya hubungan inilah yang didapatkan anak sebagai pengalaman pertamanya.

Apa yang dilakukan oleh orangtua
akan merefleksi balik pada anaknya dalam bentuk citra diri, dan pola asuh
orangtua akan mempengaruhi harga diri anak. Singkatnya orangtua yang memiliki
harga diri tinggi cenderung memiliki anak yang juga berharga diri tinggi, begitu
juga sebaliknya.

Bagaimana pola asuh yang diterima
orangtua dulu juga berpengaruh terhadap bagaimana dia menurunkan perilaku dan
sifat saat membentuk anaknya. Jika itu dirasa negative apa masih ada kesempatan
untuk memperbaikinya di masa depan? Setidaknya anak-anak tidak merasakan imbasnya
dari pola asuh yang kurang baik. Jawabannya bisa, dengan memutus rantai pola
asuh yang sudah terlanjur berjalan. Orangtua sebaiknya sudah berdamai dengan hal-hal
yang mempengaruhi kepribadiannya saat ini dan berusaha memperbaikinya agar bisa
menjadi contoh yang baik bagi anak.

Harga diri yang terlalu tinggi
juga tidak baik, baik bagi anak maupun jalinan hubungan anak dengan
lingkungannya. Karena anak akan merasa selalu benar, terlalu percaya diri
sehingga tidak bisa menganalisa kekuatan dan kekurangan apa yang dia miliki.
Harga diri didasarkan pada kenyataan bukan tipu muslihat.

Sebuah penelitian mengungkapkan
bahwa anak mendasari harga diri mereka pada dua hal, yaitu penerimaan
(sejauhmana lingkungan, khususnya orangtua menerima mereka apa adanya) dan
kompetensi diri seperti “Aku pandai” atau “Aku bisa lari kencang” (Hildebrand,
1985).

Beberapa perilaku orangtua yang
dapat membentuk harga diri anak yang positif adalah :

1.      
Mutu perilaku dan performa tinggi dari orangtua

2.      
Menerapkan batas-batas yang jelas mana perilaku
yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan

3.      
Bimbingan perilaku dan umpan balik dari orangtua

4.      
Memperlakukan anak dengan respek dan kepercayaan
diri

5.      
Memberi perhatian dan terlibat dalam kegiatan
akademik dan sosial anak

6.      
Pendekatan yang tidak memaksa untuk membentuk
disiplin anak

7.      
Memperlakukan anak secara demokratis

 

Strategi Pengembangan Harga
Diri Anak Usia Dini

Ada beberapa cara yang baik untuk
membentuk dan mengembangkan harga diri anak, yaitu :

1.      
Identifikasi domain kompetensi yang dianggap penting
bagi anak

Harga diri anak
akan naik ketika dia bisa tampil dengan kompeten di domain yang dianggap
penting bagi anak. Oleh karena itu, orangtua atau pendidik sebaiknya bisa
mengarahkan anak untuk mengidentifikasi dimana arena yang dianggap penting oleh
anak, misalkan dia berkompeten dalam olahraga renang, maka tumbuhkan jiwa
kompeten dalam anak agar bisa percaya diri tampil di arenanya.

2.      
Dukungan emosional dan persetujuan sosial

Beberapa anak
memiliki harga diri yang rendah disebabkan karena latar belakang keluarganya
yang bermasalah atau pernah mengalami kekerasan atau diabaikan dimana tidak ada
dukungan secara emosional.

3.      
Prestasi

Seorang yang
memiliki prestasi akan lebih percaya diri sehingga harga dirinya pun meningkat.
Namun ingat bahwa prestasi ini merupakan hasil dari kegigihan anak dan bukan
prestasi dalam menguasai segala bidang. Spesialisasi kemampuan anak lebih
penting dibandingkan menuntut anak harus memiliki nilai bagus di semua bidang.

4.      
Coping

Anak membutuhkan
sosok yang bisa dia tiru agar bisa direfleksikan pada perilakunya. Oleh karena
itu, perlu memberikan contoh baik dan buruk dan ajarkan anak mengidentifikasi
hal tersebut.

 

Ada dua hal yang menghambat
perkembangan harga diri anak, yaitu perasaan takut dan perasaan bersalah.
(Branden, 2005:54). Anak merasa tidak ada keberanian untuk menghadapi
fakta-fakta yang ada, seperti anak terbiasa melarikan diri dari masalah
ketimbang menghadapinya untuk bisa menyelesaikannya. Perasaan bersalah yang
dihayati secara salah oleh anak juga menjadi faktor kegagalan dalam
perkembangan harga diri anak. Ketakutan anak pada pelanggaran norma-norma yang
berlaku dan sudah tertanam dalam diri anak.

Kesimpulannya harga diri anak
dibentuk dan dikembangkan sejak dini dimulai dari lingkungan keluarganya,
terutama dari orangtuanya. Perlu bagi anak memahami apa yang menjadi kekuatan
dan kelemahannya agar bisa mengendalikan perasaannya, seperti percaya diri dan self
respect.
Setidaknya pastikan anak merasakan perasaan positif dalam empat
kondisi mental, yaitu :

1.      
Rasa terikat, anak akan merasa adanya kepuasan
batin dalam hubungannya dengan orangtua dan keluarganya sehingga menimbulkan rasa
keterikatan.

2.      
Rasa unik, anak merasa dirinya special.

3.      
Rasa berkuasa, perasaan yang bersumber dari
memiliki sumber daya dan kemampuan untuk mempengaruhi lingkungannya.

4.      
Model, contoh perilaku individu, falsafah, dan
tindakan yang menjadi model untuk mewujudkan nilai-nilai, cita-cita, dan tolak
ukur pribadi anak.

Keempat kondisi mental itu harus
hadir secara berkesinambungan dalam diri anak. Jika ada salah satunya yang
tidak ada maka bisa dipastikan harga diri anak menjadi terganggu. Perkembangan
harga diri anak sejak mereka berusia dini merupakan tanggung jawab orangtua dan
pendidik, sehingga dibutuhkan kolaborasi yang baik dalam memberikan arahan
kepada anak dari segala aspek, baik yang terkait dengan kecerdasan otak,
psikomotorik, maupun psikologisnya.