Tips Menulis Teenlit

Materi tips menulis teenlit ini saya dapatkan saat mengikuti Antologi project dari sebuah publishing pada pertengahan tahun 2020. Semoga bermanfaat ya!

Dear
Writers
,

Terima kasih sudah bersedia bergabung di
proyek novel serial teenlit PERTAMA dari Falcon Publishing. Teenlit yang akan
teman-teman tulis secara umum bertema romance, ringan, dengan banyak dialog,
tapi kuat di dua karakter utama, pasangan cewek-cowok yang jadi fokus cerita.

Satu kali aku menonton Master Chef.
Setiap episode selalu ada tantangan membuat masakan dengan bahan tertentu,
dengan syarat tertentu, dan hasil yang diharapkan tertentu. Syarat atau batasan
jadi salah satu kunci kreativitas mereka. Nah, di bawah ini aku mendaftar
“persyaratan” yang perlu teman-teman perhatikan sebelum menulis. Sebenarnya ini
juga tips, karena aku mengambil saran-saran penulis besar seperti Meg Cabot,
Neil Gaiman, Ernest Hemingway, dll. Aku ingin tips ini teman-teman ikuti agar
novel serial kita bisa tetap sejalan seirama. Sedangkan gaya menulis
teman-teman tetap berada di sana. Aku yakin teman-teman sudah tahu tentang ini
semua. Sekadar reminder, aku hanya ingin tulisan teman-teman semakin menarik
dan jadi novel yang diingat para pembaca.

1.    The
main theme is romance, you can add 1 other theme but not being the main.

Tema
utama kita romance, so fokus ke perubahan emosi mereka terhadap satu sama lain
yang terpengaruh oleh kejadian/adegan-adegan. Lalu, kamu bisa tambahkan tema
lainnya yang sedikit lebih “berat”.

Contoh:
kamu ambil tema broken home. So, si cowok ternyata berasal dari keluarga yang
tidak sempurna. Dan dia bermasalah dengan ayahnya. Jadikan hal ini salah satu
yang mempengaruhi karakter dan sikap dia terhadap si cewek.

2.   
Drop the prologue

Kita
tidak perlu ini, kita hanya perlu novel yang langsung ke cerita, langsung ke konflik
premisnya.

3.    Open
with action

Lupakan
tentang deskripsi cuaca, langsung ke aksinya. Langsung ke konflik. Jika ada
cewek suka sama cowok secara diam-diam, buka adegan dengan mereka berada di
satu lift, dan si cowok bicara ke si cewek. Ceweknya jadi gemetaran. Aksi
artinya ada kejadian dan itu memicu ke sebuah ketidakpastian yang membuat pembaca
penasaran.

4.    Showing
not telling, scene reveal the characters of character

Showing
artinya perlihatkan apa yang dilakukan oleh karakter. Dan
tindakan/perkataan/pilihan tokoh itu memberikan hints ke pembaca tentang si
tokoh. Alih-alih menulis “Dia anak yang baik” mendingan kita tulis adegan di
mana dia menolong kucing yang terluka atau menyeberangi nenek tua di jalan
raya.

5.    Steal
like an artist

Teenlit
cenderung recycle adegan-adegan yang terbukti disukai pembaca. Seperti kejutan
candle light dinner, cewek ditembak cowok di hadapan semua murid sekolah, atau
adegan lempar jendela kamar pakai kerikil. Nah, seperti saran Austin Kleon,
seniman bisa mencuri dari beberapa orang dan membuatnya original. Jangan takut
“nyontek”, ambil sudut pandang berbeda dan unik. Jadi, bisa saja kamu ambil
adegan film, tapi tetap jadi original khas kamu dengan penyampaian berbeda.

6.    One
scene per chapter

Setiap
bab cuma ada satu adegan. Menurut penelitian, dan aku sendiri merasakan, bab
yang pendek lebih disukai. Span attention pembaca makin menyempit, jadi dengan
bab yang pendek akan membantu mereka merasa tidak berat dan malah ingin
menambah baca satu bab lagi karena … (berlanjut ke no. 6)

7.    Have
a hook at the end of each chapter. It keeps the reader turning the page.

Karena
setiap akhir bab mesti ada ketidakpastian yang bikin penasaran. Apakah si cewek
marah sama si cowok karena dia sudah menunggu 3 jam untuk kencan mereka?
Pembaca jadi ingin baca bab selanjutnya!

8.    Short
paragraphs

Pembaca
novel teenlit lebih nyaman buku dengan paragraf pendek-pendek. Apalagi yang
banyak dialognya. Mereka suka buku dengan bagian putih lebih banyak. Jangan
mengintimidasi mereka dengan paragraf superpanjang.

9.    Deskripsi
yang dinamis

Tulislah
deskripsi dari sudut pandang karakter. Berceritalah selagi membuat deskripsi.
Jangan sekadar memberitakan. Masukkan perasaan/respons karakter terhadap
sekitarnya.

10.  Karakter
utama yang kuat

Sekali
lagi, karakter harus benar-benar 3 dimensi. Mereka punya fisik, psikologi, dan sosiologi.
Motivasi karakter harus jelas, dan itu yang menjadikan cerita berkembang. Jika
di awal ceweknya jomblo, dia ingin punya pacar, maka itulah motivasinya, dengan
hasil akhir dia jadian atau meskipun jomblo dia jadi lebih bahagia dalam
memaknai kehidupan.

11.  Give
them each one hobby

Tokoh
utama nih, mesti punya ketertarikan tertentu dan sepanjang cerita berpengaruh
terhadap karakter mereka. Mereka suka olahraga tertentu, atau suka es krim
tertentu. Pilih saja.

12.  Keep
the number of key charaters less than 5

Biar
semakin fokus ke dua tokoh utama, buat tokoh pendukung sesedikit mungkin.
Jangan sampai tokoh pendukung lebih menarik daripada tokoh utama.

13.  Don’t
let the adult or their friends do the solution for them.

Sering
nggak sih baca novel teenlit, tapi yang aktif itu teman atau orang dewasanya?
Si tokoh jadi cuma boneka yang galau doang dan nggak tahu penyelesaian masalah.
Well, remaja bisa menyelesaikan masalah mereka sendiri, sesuai dengan pola
pikir mereka. Jadi, pastikan mereka yang pegang kendali, bukan teman/orang dewasa
lainnya. Fokus ke tokoh utama, mereka yang beraksi, mereka yang memutuskan.

14.  Katanya
saja sudah cukup

Hindari
banget tambah “katanya/ucapnya/teriaknya/sahutnya” dengan “dengan kata sifat”.
Jadi, katanya saja sudah cukup. Hindari pemakaian kata sifat . Pembaca bisa
berimajinasi, kok. Kan dialog terdengar di kepala mereka. “Jadi alih-alih
menulis “Aku tidak suka padamu!”
teriaknya dengan lantang
; cukup tuliskan “Aku tidak suka padamu!” teriaknya. Kecuali apa yang dimaksud tokoh
berbeda, seperti pujian tapi nadanya sarkastis. Atau kalimat marah, tetapi “katanya dengan main-main”.

15.  Perhatikan
logika

Logika
bukan berarti semua harus sesuai pola pikir orang dewasa. Logika artinya masuk
akal. Setiap keanehan bisa dijelaskan. Kebetulan? Oke aja, tapi pastikan
logikanya masuk. Coba baca lagi adegan yang kamu tulis. Kalau ganjil, mesti ada
penjelasan. Pembaca ingin hiburan, bukan ujian. 😀

16.  Jokes
on us

Pembaca
remaja suka dengan hal yang lucu. So, jangan takut bikin adegan lucu. Laugh on
your own jokes, kalau kata Neil Gaiman.