Kisah Nabi Ishaq Berdakwah di Wilayah Palestina

Cerita Nabi dan Rasul memang penuh
keteladanan yang memiliki hikmah sepanjang masa. Jadi sangat salah ketika menyelesaikan
persoalan hidup kita berpendapat bahwa kita tidak hidup di zaman nabi, maka
tidak bisa membuat keputusan berdasarkan kisah nabi dan sahabat. Karena pedoman
hidup di zaman Nabi dan Rasul dengan kita yang merupakan umat akhir zaman ini
sama, yaitu Alqur’an dan Hadits.

Begitu pula cerita mengenai
perjuangan dakwah para nabi dan rasul, seperti kisah Nabi Ishaq berdakwah di wilayah
Palestina, yang pada masa itu kaumnya belum beriman karena masih menyembah
berhala.

 

Sumber Gambar : www.dream.co.id

Nabi Ishaq Berdakwah di Wilayah Palestina, Tempat Kelahirannya

Nabi Ishaq adalah keturunan Nabi Ibrahim dengan istrinya
yang Bernama Sarah. Nabi Ishaq ‘alaihis salam dilahirkan di Kota Kan’an,
Palestina, pada tahun 1761 SM. Nabi Ishaq ‘alaihis salam adalah putra kedua
dari Nabi Ibrahim ‘alaihis salam setelah lahirnya Nabi Ismail ‘alaihis salam. Kelahirannya
merupakan anugerah besar bagi Sarah dan Ibrahim.

Dalam usia yang tidak muda lagi, Sarah dapat mengandung
dan melahirkannya. Nama Ishaq atau Ishak berasal dari bahasa Ibrani dengan arti
tersenyum atau tertawa. Kata Ishaq sendiri terinspirasi dari ibunda Nabi Ishaq
‘alaihis salam dimana Sarah yang merupakan ibunda Ishaq pada saat itu tersenyum
dengan lebar karena tidak percaya kabar gembira akan hadirnya Ishaq sebagai
buah hatinya yang disampaikan oleh malaikat Jibril.
 

Pada saat Nabi Ishaq ‘alaihis salam terlahir di dunia,
usia Nabi Ibrahim ‘alaihis salam sudah terbilang sangat tua yaitu berumur 100
tahun. Nabi Ishaq ‘alaihis salam dilahirkan 14 tahun setelah Nabi Ismail
‘alaihis salam.

Ketika Ibrahim semakin tua, lshaq diangkat menjadi Nabi
dan meneruskan dakwah ayahnya. Semasa hidupnya, Nabi Ishaq ‘alaihis salam
memiliki keturunan yang juga diangkat sebagai seorang nabi, yaitu Nabi Ya’qub
‘alaihis salam. Nabi Ishaq ‘alaihis salam merupakan nabi ke-sembilan yang
ditugaskan berdakwah di wilayah Palestina menggantikan ayahnya yaitu Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam yang pada saat itu telah menginjak usia senja.
 

Allah SWT mengutus Nabi Ishaq berdakwah di wilayah Palestina,
khususnya daerah Kan’an dan Syam, kemudian wafat di Hebron. Dalam dakwahnya,
Nabi Ishaq selalu mengajak umatnya untuk menyembah Allah. Serta mengerjakan
kebajikan, mendirikan sembahyang, dan menunaikan zakat.

Diceritakan dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 69-73 bahwa
suatu ketika Nabi Ibrahim ‘alaihis salam kedatangan tamu. Tamu-tamu tersebut
menurut Usman Ibnu Muhaisin berjumlah empat orang, yaitu malaikat Jibril,
Mikail, Israfil, dan Rafail.
 

Tamu tersebut memberi selamat kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam. Setelah itu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam menyuguhkan daging anak sapi
yang dipanggang kepada mereka. Namun tangan mereka sama sekali tidak menjamah
makanan tersebut.

Melihat hal tersebut Nabi Ibrahim ‘alaihis salam merasa
curiga dan takut. Ternyata tamu-tamu asing tersebut adalah Malaikat utusan
Allah Ta’ala yang datang untuk membinasakan kaum Luth.
 

Selain memiliki tujuan kepada kaum Luth, tamu tersebut
juga bertujuan memberi kabar gembira kepada Nabi Ibrahim ‘alaihis salam akan
kelahiran seorang putra yang bernama Ishaq. Sesuai yang termaktub dalam
Al-Qur’an surat Hud ayat 71.

“Dan istrinya berdiri lalu dia tersenyum. Maka kami
sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan setelah Ishaq
(akan lahir) Ya’qub.” (Q.S. Hud ayat 71).
 

Mengetahui kabar yang disampaikan tersebut, Sarah sangat
tercengang sekaligus bahagia. Pasalnya Sarah pada saat itu sudah tua (ketika
itu berusia 90 tahun) dan memiliki kondisi mandul. Namun sungguh kuasa Allah
Ta’ala tiada bandingnya dan selalu memberi rahmat kepada hamba-Nya yang beriman.

  

Nabi Ishaq Berdakwah di Wilayah Palestina (Perjalanan
Dakwah dan Mukjizat)

Nabi Ishaq, ayahnya (Nabi Ibrahim ‘alaihis salam), dan
anaknya (Nabi Ya’qub ‘alaihis salam) adalah orang-orang yang diberkahi dan
dipuji oleh Allah Ta’ala seperti yang difirmankan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an
surat Shaad ayat 45-47.
 

“Dan ingatlah hamba-hamba kami: Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub
yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi.
Sesungguhnya Kami telah menyucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada
mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) pada negeri
akhirat. Sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang
pilihan yang paling baik.” (Q.S. Shaad ayat 45-47).

Selain Allah Ta’ala yang memberikan pujian secara langsung
kepada Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub melalui ayat Al-Qur’an, Nabi Muhammad
sallallahu alaihi wasallam pun memuji mereka melalui sabdanya:
 

“Yang mulia putra yang mulia, putra yang mulia dan putra
yang mulia adalah Yusuf putra Ya’qub, putra Ishaq, putra Ibrahim.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim).

Berikut dijelaskan mengenai mukjizat yang dianugerahkan
oleh Allah Ta’ala untuk membantu Nabi Ishaq berdakwah di wilayah Palestina :

  • Atas seizin Allah Ta’ala,
    Nabi Ishaq ‘alaihis salam yang pada saat itu telah berusia sangat tua
    yakni 100 tahun dapat memiliki keturunan dengan istrinya Ribka yang saat
    itu berusia 90 tahun dan memiliki kondisi mandul.
  • Keturunan dari Nabi Ishaq
    ‘alaihis salam adalah pencetus dari munculnya Kaum Bani Israil. Kaum Bani
    Israil terlahir dari para keturunan Nabi Ya’qub ‘alaihis salam. Nabi
    Ya’qub ‘alaihis salam memiliki nama lain Israil dan Ia merupakan keturunan
    dari Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Sehingga dari garis keturunan tersebut
    lahirlah kaum Bani Israil dimana total telah ada 12 nabi yang diutus oleh
    Allah Ta’ala kepada kaum Bani Israil tersebut. Salah satu dari 12 nabi
    tersebut adalah Nabi Isa ‘alaihis salam.

 

Nabi Ishaq Berdakwah di Wilayah Palestina (Pernikahan
dengan Gadis Irak)
 

Ketika sang ibunda telah tiada dan ayahanda-nya yaitu Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam sudah sangat tua, Nabi Ishaq ‘alaihis salam tak kunjung
menikah. Hingga akhirnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meminta kepada salah satu
pelayannya untuk pergi ke Irak guna mencarikan calon istri dari keluarga
Ibrahim untuk anaknya tersebut.

lshaq memenuhi anjuran ayahnya. la menikah dengan gadis
pilihan ayahnya, yaitu
seorang putri Betuel bin Nahor yaitu Ribka (Rifqah, Rafiqah) yang merupakan keponakan Ibrahim. Diketahui
bahwa Nahor adalah saudara kandung Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Sehingga secara
silsilah, Ribka adalah anak perempuan dari saudara sepupu Ishaq. 

Akhirnya pada saat Nabi Ishaq berusia empat puluh tahun,
menikahlah Ia dengan Ribka yang selanjutnya ikut dengan Nabi Ishaq untuk
menetap di Palestina.

Selepas menikahi seorang gadis Irak keturunan Ibrahim yang
bernama Ribka, Nabi Ishaq ‘alaihis salam mengetahui jika Ribka ternyata
memiliki kondisi mandul seperti sang ibunda terdahulu.

Namun Nabi Ishaq ‘alaihis salam dan Ribka tak pernah
menyerah untuk berusaha dan memohon kepada Allah Ta’ala agar diberikan
keturunan guna melanjutkan riwayat dakwah. Nabi Ishaq ‘alaihis salam selalu
berdo’a dengan lembut dan penuh keyakinan kepada Allah Ta’ala agar Ribka dapat
mengandung.

Dengan kebesaran dan kekuasaan Allah Ta’ala maka Ribka
dapat hamil dan Nabi Ishaq ‘alaihis salam memperoleh keturunan saat beliau
menginjak usia enam puluh tahun. Ribka melahirkan bayi laki-laki kembar.
 

Bayi laki-laki pertama diberi nama Esau (Aishu). Bentuk
fisik Esau ketika pertama kali dilahirkan adalah memiliki tubuh berwarna merah
dan seperti jubah berbulu (memiliki banyak bulu di sekujur tubuhnya). 
Sedangkan bayi laki-laki kedua diberikan nama Ya’qub yang
mana ketika dilahirkan dalam posisi memegang tumit kakaknya. Allah Ta’ala juga
mengabadikan kisah kelahiran Ya’qub dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 72.
 

“Dan Kami telah memberikan kepada-nya (Ibrahim) Ishaq dan
Ya’qub, sebagai suatu anugerah (daripada Kami). Dan masing-masingnya Kami
jadikan orang-orang yang saleh.” (Q.S. Al-Anbiya’ ayat 72).
 

Saat bertumbuh dewasa, Esau dan Ya’qub memiliki
ketertarikan yang cenderung bertolak belakang. Esau lebih suka mengasah
kemampuannya dalam hal berburu hingga menjadi pemburu yang handal, maka ia
lebih suka tinggal di padang. Sedangkan Ya’qub lebih berperangai lemah lembut.
Ia lebih suka tinggal di rumah untuk membantu ibunya memasak. Ya’qub juga suka
berkemah di sekitar rumahnya.

Esau lebih disayang oleh ayahnya karena mereka memiliki
kegemaran yang sama, yaitu berburu. Esau juga sering membawa hasil buruannya ke
rumah untuk dimasak dan dimakan bersama keluarganya. Sedangkan sang ibunda
yaitu Ribka lebih menyayangi Ya’qub karena memiliki sifat dan sikap yang mirip
dengannya, yaitu pecinta damai dan tenang.
 

Ketika usia Esau dan Ya’qub menginjak 15 tahun, kakek
mereka yaitu Nabi Ibrahim ‘alaihis salam meninggal dunia. Nabi Ibrahim ‘alaihis
salam meninggal dunia pada saat usia Nabi Ishaq ‘alaihis salam 75 tahun.
Selanjutnya jasad beliau dikebumikan di Gua Makhpela di wilayah Hebron (tempat
yang sama dengan makam Sarah).

Ketika merasakan bahwa fisiknya mulai melemah yang
berpengaruh pula pada kemampuannya melihat, maka Nabi Ishaq ‘alaihis salam
mendatangi anak kesayangannya yaitu Esau. Ia berpesan kepada anaknya tersebut
agar pergi berburu dan memasakkan makanan kesukaan Nabi Ishaq ‘alaihis salam.
Hal tersebut bertujuan agar Nabi Ishaq ‘alaihis salam dapat mendoakan
keberkahan bagi Esau dan anaknya tersebut dapat meneruskan dakwah yang
dilakukan oleh sang ayah.
 

Ternyata niatan Nabi Ishaq ‘alaihis salam tersebut
didengar oleh Ribka. Ribka pun menginginkan Ya’qub lah yang memperoleh doa
keberkahan dari Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Ia pun meminta Ya’qub untuk segera
menghidangkan makanan kesukaan Nabi Ishaq ‘alaihis salam sebelum Esau tiba di
rumah.

Karena secara fisik Esau dan Ya’qub terlihat berbeda
meskipun mereka kembar, maka Ribka memakaikan pakaian Esau ke Ya’qub. Ia juga
membalutkan hamparan kulit domba yang berbulu lebat ke leher dan tangan Ya’qub
agar benar-benar terlihat mirip dengan Esau. Karena memang Esau memiliki bulu
yang lebat di sekujur tubuhnya. Tidak seperti Ya’qub.
 

Setelah masakannya matang, Ya’qub yang berdandan
menyerupai Esau pun datang menghadap Nabi Ishaq ‘alaihis salam. Lalu berkatalah
Nabi Ishaq ‘alaihis salam.

“Kalau suara, suara Ya’qub, kalau tangan, tangan Esau.” 

Setelah berkata demikian, Nabi Ishaq tidak menaruh curiga
apapun akan keanehan tersebut. Ia tetap memakan dengan lahap makanan yang
disajikan oleh Ya’qub. Setelah itu, Nabi Ishaq ‘alaihis salam mendoakan Ya’qub,
yang Ia kira adalah Esau, agar Ia selalu diberkahi, dilingkupi dengan kebaikan,
dikaruniai nikmat melimpah, diberikan rezeki yang banyak, serta menjadi tuan
bagi saudara dan keturunannya.

Tidak lama setelah Nabi Ishaq selesai berdoa, Esau pun
pulang kembali ke rumah. Nabi Ishaq pun kebingungan. Hingga akhirnya diketahui
oleh Nabi Ishaq ‘alaihis salam dan Esau bahwasanya Ya’qub telah berpura-berpura
menjadi Esau.
 

Esau pun sangat marah dan meminta ayahandanya membatalkan
doa untuk Ya’qub. Namun doa tersebut tidak dapat ditarik kembali. Akhirnya
dalam keadaan penuh emosi Esau bersumpah untuk membunuh Ya’qub apabila kelak
sang ayah telah meninggal.

Mendengar sumpah Esau tersebut, Ribka pun takut dan panik.
Ia bergegas menyuruh Ya’qub untuk segera pergi ke daerah Laban, Mesopotamia. Di
sana Ya’qub akan tinggal bersama dengan saudara Ribka. Ya’qub sempat berpamitan
dengan sang ayah ketika hendak pergi ke Mesopotamia.
 

Sang ayah berpesan agar Ya’qub tidak menikahi perempuan
Palestina karena pada saat itu mereka adalah golongan yang tidak beriman.
Sebagai solusi, Nabi Ishaq menyarankan Ya’qub untuk mencari istri dari keluarga
besar Ibrahim di Mesopotamia.

Perjalanan Nabi Ishaq berdakwah di wilayah Palestina berakhir saat usia beliau 180 tahun dan dimakamkan di Gua Makhpela bersama keluarga besarnya, yaitu Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam, Sarah, dan Ribka yang telah pergi terlebih dahulu.
 

Selepas kepergian sang ayah, Ya’qub kembali lagi ke
Palestina setelah belasan tahun tinggal di Mesopotamia. Ia mengajak serta
keluarganya yang terdiri dari dua orang istri, dua selir, dua belas anak
lelaki, dan satu orang anak perempuan. Pada saat itu Ya’qub dan Esau telah
berdamai kembali dan saling memaafkan.

 

Demikianlah kisah Nabi Ishaq berdakwah di wilayah
Palestina yang merupakan tempat kelahirannya. Nabi Ishaq utusan Allah SWT yang
memiliki ilmu tinggi sehingga perjuangannya dalam berdakwah pun tidak mudah.

 


Referensi :

https://www.gramedia.com/best-seller/kisah-nabi-ishaq/

https://jateng.tribunnews.com/2022/02/22/kisah-keteladanan-nabi-ishaq-as-meneruskan-dakwah-ayahnya-nabi-ibrahim-as?page=2